Rakai Lukman
Hujan semalam turun awal bulan. Katak bernyanyi riang samping rumah. Rumah tua sejarah tujuh bersaudara, menyulam yatim menata piatu. Beranjak dari ranjang kering menemui halaman basah genangan air campur debu genting, atap pun basah, dedaunan ikut riang menyala disepuh lampu jalan. Jalanan berpaving, yang menutup tanah bercampur pasir dan kerikil.
Rumah tua bertaman penuh bunga juga pohon durian. Dulu hujan tangis campur lapar, pagi dan sore sering pecah, atap bocor di selimuti gerimis yang mengukir lantai pun lukisan tembok berupa relif kemiskinan. Tujuh kini ikut berpesta bersama hujan, yang belum sempat memanggil banjir. Meski dulu sempat melumat seisi rumah, juga ayah ibu, tawa sudah mekar di bibir tanggul, direkam alang-alang dan rembulan.Hujan semalam turun awal bulan. Katak bernyanyi riang samping rumah. Rumah tua sejarah tujuh bersaudara, menyulam yatim menata piatu. Beranjak dari ranjang kering menemui halaman basah genangan air campur debu genting, atap pun basah, dedaunan ikut riang menyala disepuh lampu jalan. Jalanan berpaving, yang menutup tanah bercampur pasir dan kerikil.
Dukun, 2020
Aucun commentaire:
Publier un commentaire