Rakai lukman
“Jalan Hidup Manusia harusnya;
Mempunyai pengetahuan, keputusan dan berkata benar
Hidup, bekerja dan beribadah yang benar
Juga penghayat agama dengan benar”
-Saduran; Asta Sanghika Marga-
Riwayat Hidup
Sunan Kudus dengan nama Jakfar Shadiq Azmatkahan. Lahir tahun 9 September 1400/808 H dan wafat tahun 1550 M. beliau adalah cucu buyut syaikh Ibrahim Asmaraqandi, ayahandanya Usman Hadji adalah putera Raja Pandhita Gresik yang bernama Syaikh Ali Murtadha, yamg dikenal Raden Santri, kakaknya Sunan Ampel. Silsilah beliau sampai pada Rasullah, Muhammad SAW., dengan urutan silsilah; Sunan Kudus “Ja’far Shadiq”, Usman Haji (Sunan Ngudung), Ibrahim Asmaraqandi, Maulana Jumadil Qubra, Zaini al-Khusai, Zaini al Kubra, Zainul Alim, Zainal Abidin, Sayiddina Husain, Sayiddina Ali yang Menikah dengan Sayyidatina Fatima az-Zahra binti Rasullah, Muhammad SAW.
Sunan Kudus sebagai putera Sunan Ngudung diangkat menjadi Imam Masjid Demak kelima. Beliau menikah dengan Putri Pecat Tanda Terung, menurunkan tujuh orang anak, yaitu: Nyai Ageng Pembayun, Panembahan Palembang, Panembahan Mekaos Honggokusumo, Panembahan Karimun, Panembahan Kali, Ratu Prababinabar, Panembahan Jojo.
Jabatan Beliau di Kasultanan Demak, di antaranya adalah: Penasehat Sultan, panglima perang, Qadhi, mufti, Imam Besar Masjid Demak, Mursyid Thariqah, Ketua Pasar Walisongo, penanggungjawab percetakan dinar, dan ketua baitul mal walisongo.
Pendidikan
Sunan Kudur berguru pada ayahnya sendiri, Sunan Ngudung. Juga berguru pada Kiai Telingsing, seorang Cina Muslim, yang kedatanganya ke Jawa bersama dengan Laksamana Cheng Ho. Kemudian Kiai telingsing dan Sunan Kudus mendirikan Masjid, yang oleh masyarakat disebut Masjid Tiban. Yang dinamai dengan Masjid Nganguk Wali. Sunan Kudus juga berguru pada cucu Sunan Ampel, lalu beliau mengembara ke berbagai negeri hingga tanah Hindustan dan tanah suci Mekah, untuk belajar dan menunaikan Ibadah haji.
Metode dan Medan Dakwah
Raden Ja’far Shadiq berdakwah langsung mendekati masyarakat dengan jalur seni dan budaya, beserta teknologi terapan tepat guna, yang dibutuhkan masyarakat. Usaha Sunan Kudus menyempurnakan alat-alat pertukangan yang berkaitan dengan; teknik pembuatan keris pusaka, kerajinan emas, pandai besi, dan pertukangan, yang memberi pengaruh perkembangan arsistektur di masyarakat kudus.
Bangunan menara kudus dan lawing kembar masjid kudus menunjukan kompromi arsistektur Islam dengan arsistektur setempat yang berciri Hindu. Sedikitnya diaabadikan dalam legenda, Sunan Kudus membawa masing-masing bangunan dalam bungkus sapu tangn. Menara dibawah dari tanah Arab, sedang dua pintu kembar dibawa dari keratin majapahit. Beliau juga melarang untuk menyembeli dan memakan daging sapi, untuk menghormati masyarakat hindu. Sebagai gantinya dengan cara menyembelih kerbau di saat Idul Qurban.
Sunan Kudus juga membuat pancuran (tempat wudhu) yang berjumlah delapan, masing-masing pancuran diberi arca di atasnya. Ini sebagai kreasi beliau dalam ranah akulturasi budaya, yang disesuaikan dengan ajaran budha: Jalan Berlipat Delapan. Yakni; Memiliki Pengetahuan Yang Benar, megambil keputusan benar, berkata benar, hidup dengan cara benar, bekerja dengan benar, beribadah benar, dan menghayati agama dengan benar.
Sebagai Senopati Demak, beliau dikaitkan dengan tiga peristiwa besar. Pertama; dalam rangka bertempur dengan sisa-sisa pasukan majapahit. Kedua Menumpas gerakan Ki Ageng Pengging, Ketiga Keterlibatan Sunan Kudus dalam Suksesi selepas wafatnya Sultan Trenggono, yang memihak muridnya yang setia, yakni Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono, Sunan Kudus tidak lagi menjadi menjabat sebagai Imam Besar Masjid Demak, beliau merintis pendirian masjid Agung Kudus. Masjid ini didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 956b H, (1549 M). setelah membangun masjid Kudus, gerakan sunan Kudus semakin intensif di tengah masyarakat, karena tidak lagi disibukan dengan urusan pemerintahan. Beliau juga termasuk qadli (Hakim) di kesultanan Demak.
Cara dakwah beliau dengan mendekati masyarakat hindu dan budha. Juga mengubah tradisi mitoni. Peninggalan Sunan Kudus samapi sekarang adalah Masjid dan menara Kudus, keris cintoko, dua tombak sunan Kudus, tembang asmaradana, dan tradisi qurban dengan kerbau bukan dengan sapi.
Sumber Tulisan
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, pustaka Iman, cetakan VIII: 2018
M. Gibran Maulana, Kisah Perjalanan Wali Songo, karang gemilang utama, Surabaya
http://www.wikipedia.org/sunan_bonang
https://romadekade.org/sunan-bonang
https://thegorbalsla/sunan-bonang
“Jalan Hidup Manusia harusnya;
Mempunyai pengetahuan, keputusan dan berkata benar
Hidup, bekerja dan beribadah yang benar
Juga penghayat agama dengan benar”
-Saduran; Asta Sanghika Marga-
Riwayat Hidup
Sunan Kudus dengan nama Jakfar Shadiq Azmatkahan. Lahir tahun 9 September 1400/808 H dan wafat tahun 1550 M. beliau adalah cucu buyut syaikh Ibrahim Asmaraqandi, ayahandanya Usman Hadji adalah putera Raja Pandhita Gresik yang bernama Syaikh Ali Murtadha, yamg dikenal Raden Santri, kakaknya Sunan Ampel. Silsilah beliau sampai pada Rasullah, Muhammad SAW., dengan urutan silsilah; Sunan Kudus “Ja’far Shadiq”, Usman Haji (Sunan Ngudung), Ibrahim Asmaraqandi, Maulana Jumadil Qubra, Zaini al-Khusai, Zaini al Kubra, Zainul Alim, Zainal Abidin, Sayiddina Husain, Sayiddina Ali yang Menikah dengan Sayyidatina Fatima az-Zahra binti Rasullah, Muhammad SAW.
Sunan Kudus sebagai putera Sunan Ngudung diangkat menjadi Imam Masjid Demak kelima. Beliau menikah dengan Putri Pecat Tanda Terung, menurunkan tujuh orang anak, yaitu: Nyai Ageng Pembayun, Panembahan Palembang, Panembahan Mekaos Honggokusumo, Panembahan Karimun, Panembahan Kali, Ratu Prababinabar, Panembahan Jojo.
Jabatan Beliau di Kasultanan Demak, di antaranya adalah: Penasehat Sultan, panglima perang, Qadhi, mufti, Imam Besar Masjid Demak, Mursyid Thariqah, Ketua Pasar Walisongo, penanggungjawab percetakan dinar, dan ketua baitul mal walisongo.
Pendidikan
Sunan Kudur berguru pada ayahnya sendiri, Sunan Ngudung. Juga berguru pada Kiai Telingsing, seorang Cina Muslim, yang kedatanganya ke Jawa bersama dengan Laksamana Cheng Ho. Kemudian Kiai telingsing dan Sunan Kudus mendirikan Masjid, yang oleh masyarakat disebut Masjid Tiban. Yang dinamai dengan Masjid Nganguk Wali. Sunan Kudus juga berguru pada cucu Sunan Ampel, lalu beliau mengembara ke berbagai negeri hingga tanah Hindustan dan tanah suci Mekah, untuk belajar dan menunaikan Ibadah haji.
Metode dan Medan Dakwah
Raden Ja’far Shadiq berdakwah langsung mendekati masyarakat dengan jalur seni dan budaya, beserta teknologi terapan tepat guna, yang dibutuhkan masyarakat. Usaha Sunan Kudus menyempurnakan alat-alat pertukangan yang berkaitan dengan; teknik pembuatan keris pusaka, kerajinan emas, pandai besi, dan pertukangan, yang memberi pengaruh perkembangan arsistektur di masyarakat kudus.
Bangunan menara kudus dan lawing kembar masjid kudus menunjukan kompromi arsistektur Islam dengan arsistektur setempat yang berciri Hindu. Sedikitnya diaabadikan dalam legenda, Sunan Kudus membawa masing-masing bangunan dalam bungkus sapu tangn. Menara dibawah dari tanah Arab, sedang dua pintu kembar dibawa dari keratin majapahit. Beliau juga melarang untuk menyembeli dan memakan daging sapi, untuk menghormati masyarakat hindu. Sebagai gantinya dengan cara menyembelih kerbau di saat Idul Qurban.
Sunan Kudus juga membuat pancuran (tempat wudhu) yang berjumlah delapan, masing-masing pancuran diberi arca di atasnya. Ini sebagai kreasi beliau dalam ranah akulturasi budaya, yang disesuaikan dengan ajaran budha: Jalan Berlipat Delapan. Yakni; Memiliki Pengetahuan Yang Benar, megambil keputusan benar, berkata benar, hidup dengan cara benar, bekerja dengan benar, beribadah benar, dan menghayati agama dengan benar.
Sebagai Senopati Demak, beliau dikaitkan dengan tiga peristiwa besar. Pertama; dalam rangka bertempur dengan sisa-sisa pasukan majapahit. Kedua Menumpas gerakan Ki Ageng Pengging, Ketiga Keterlibatan Sunan Kudus dalam Suksesi selepas wafatnya Sultan Trenggono, yang memihak muridnya yang setia, yakni Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono, Sunan Kudus tidak lagi menjadi menjabat sebagai Imam Besar Masjid Demak, beliau merintis pendirian masjid Agung Kudus. Masjid ini didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 956b H, (1549 M). setelah membangun masjid Kudus, gerakan sunan Kudus semakin intensif di tengah masyarakat, karena tidak lagi disibukan dengan urusan pemerintahan. Beliau juga termasuk qadli (Hakim) di kesultanan Demak.
Cara dakwah beliau dengan mendekati masyarakat hindu dan budha. Juga mengubah tradisi mitoni. Peninggalan Sunan Kudus samapi sekarang adalah Masjid dan menara Kudus, keris cintoko, dua tombak sunan Kudus, tembang asmaradana, dan tradisi qurban dengan kerbau bukan dengan sapi.
Sumber Tulisan
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, pustaka Iman, cetakan VIII: 2018
M. Gibran Maulana, Kisah Perjalanan Wali Songo, karang gemilang utama, Surabaya
http://www.wikipedia.org/sunan_bonang
https://romadekade.org/sunan-bonang
https://thegorbalsla/sunan-bonang
Aucun commentaire:
Publier un commentaire