jeudi 29 octobre 2020

Ali Ahmad Bakatsir, Penyair Mesir Asal Surabaya

 

Aryo Bhawono
detikNews, 26 Apr 2018
 
Naskah tonil Audatul Firdaus (Kembalinya Surga Yang Hilang) memantik pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia pada 10 Juni 1947. Penyair keturunan Hadramaut kelahiran Surabaya, Ali Ahmad Baktsir, menuliskan roman drama berisi siasat pendiri Indonesia memproklamirkan kemerdekaan di bawah tekanan Jepang.
 
Tonil empat babak ini menyebutkan nama Sukarno, M. Hatta, dan Sutan Sjahrir bersiasat menyusun kemerdekaan saat akhir kekuasaan Jepang di Indonesia. Mereka membagi peran, Sukarno bersikap kooperatif terhadap Jepang, dan Sjahrir membentuk organisasi perlawanan bawah tanah.
 
"Nama Sukarno ditambahi nama Ahmad untuk mendekatkan dengan pembaca di Mesir. Sedangkan Sjahrir dan Hatta adalah nama arab, sudah cukup familiar," ucap Direktur Eksekutif Nabiel A. Karim Hayaze' di sela Seminar Festival Hadhrami di Universitas Indonesia (UI), Rabu (25/4/2018).
 
Nabiel tengah menerjemahkan naskah tonil ini. Menurutnya Ali Ahmad Bakatsir melakukan kerja keras menyusun Audatul Firdaus. Kala itu, informasi mendapatkan gerakan politik dan proklamasi di Indonesia tak gampang.
 
Jepang menekan agar siaran proklamasi tak mengudara ke negara lain. Media di Mesir mendapatkan siaran melalui Arab Press Broadcasting (APB) dan radio gelap. Sedangkan media cetak masih memberitakan secara sepenggal-sepengal. Ali Ahmad Bakatsir yang memiliki ikatan kuat dengan kota kelahirannya, Surabaya, mengumpulkan data-data ini dan menyulapnya menjadi sandiwara tonil.
 
"Ia selalu terkenang dengan Surabaya, iklim pantainya, teman-temannya, dan ibu yang dicintainya dari Surabaya. Makanya ia memiliki ikatan dan membuat karya ini dengan susah payah," terang Nabiel.
 
Ali Ahmad Bakatsir lahir pada 21 desember 1910 di Surabaya dari keturunan Hadhramaut. Ayahnya bernama Ahmad Baktsir dan ibunya, Nur Bobsaid, asal Surabaya. Pergaulan masa kecil mempertemukannya dengan Abdurrahman Baswedan yang lahir di kota Surabaya.
 
Pada usia 10 tahun, ayahnya mengirim Baktsir ke Hadhramaut untuk belajar agama di Madrasah An Nadhah al Ilmiyah. Kemampuan sastranya berkembang pesat dan sanggup menyusun syair sendiri pada usia 13 tahun. Ia sempat hijrah ke Aden dan Arab Saudi sebelum berlabuh di Fuad University (sekarang Universitas Kairo).
 
"Di Mesir ini karya sastranya benar-benar berkembang, ia menuai prestasi dengan berbagai penghargaan dan karya sastranya selalu dimuat oleh media di Mesir," tutur Nabiel.
 
Tonil Audatul Firdaus sendiri dipentaskan saat perayaan setahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kairo, Mesir. Buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri yang dituliskan M. Zein Hassan menyebutkan Panitia Pembela Kemerdekaan Indonesia menggelar pentas salah satu fragmen tonil ini.
 
Pentas itu mengesankan di tengah kondisi Mesir tengah tidak stabil karena persaingan politik. Pembunuhan politik tengah marak dan panitia perayaan Proklamasi kemerdekaan RI diminta untuk tidak menimbulkan demonstrasi.
 
"Adalah sangat mengesankan sandiwara yang disela-sela oleh teriakan riuh mengelu-elukan Sukarno, Hatta dan Sjahrir, Indonesia Merdeka, dan Republik Indonesia," tulis buku itu.
 
Nabiel menambahkan, karya Ali Ahmad Bakatsir itu paling tidak memberikan pengaruh bagi Mesir sebelum mengirimkan Konsul Jenderal Mesir di Mumbai India, Muhammad Abdul Mun'im, menemui Presiden Sukarno di Yogyakarta pada Maret 1947. Publik Mesir pun sudah tak asing dengan Indonesia, karena karya Baktsir yang lain, sehingga tak ada kontroversi soal pengakuan Indonesia.
 
Baktsir kemudian memperoleh kewarganegaraan Mesir atas perintah Raja Mesir pada 22 Agustus 1951. Ia meninggal di Kairo pada 10 November 1969 dan dikenang sebagai sastrawan besar negeri itu. (ayo/jat)
https://news.detik.com/berita/d-3991305/ali-baktsir-penyair-mesir-asal-surabaya

2 commentaires:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^cc
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~3:23 PM 15-Sep-20
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    RépondreEffacer

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria