lundi 26 octobre 2020

Terjemahan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

 Menyapa Pembaca Arab pada tahun 2012 di Kairo-Mesir

Editor: B Kunto Wibisono
antaranews.com
 
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya pujangga dan ulama kesohor Indonesia, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau terkenal bersebut Hamka, akan menyapa publik Arab dengan diterjemahkannya ke dalam bahasa Arab untuk pertama kalinya di Kairo, Mesir.
 
Penerjemahan buku hikayat roman berlatar budaya Minangkabau / Minang, Sumatera Barat, itu diwujudkan atas kerja sama antara Kantor Atase Pendidikan (Atdik) KBRI Kairo, dan Pusat Studi Indonesia di Universitas Terusan Suez, Mesir.
 
Prof Dr Abdel Rahim Kurdi, guru besar sastra Arab pada Universitas Terusan Suez sebagai penyunting sekaligus penerjemahannya, dikoordinir oleh Ginanjar Sya`ban dari Kantor Atdik KBRI Kairo. “Terjemahan dan penyuntingan novel roman Buya Hamka itu telah selesai dan kini sedang dalam proses pencetakannya di Mesir,” kata Atase Pendidikan KBRI Kairo Prof. Dr. Sangidu Asofa yang dikonfirmasi Antara Kairo, 22 September 2012.
 
Menurut Prof Sangidu, tujuan pengadaan novel Buya Hamka versi Arab itu untuk menambah khazanah literatur Indonesia di Pusat Studi Indonesia di Universitas Terusan Suez, disamping sebagai salah satu upaya mempererat hubungan persahabatan RI-Mesir.
 
Guru besar Sastra Arab Modern di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, Yogyakarta itu menjelaskan, buku Hamka ini merupakan langkah awal penerjemahan buku-buku Indonesia ke dalam bahasa Arab. “Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dipilih untuk langkah awal, karena pemikiran Hamka di bidang kesusatraan dipengaruhi oleh buku-buku sastra keluaran Mesir, terutama pujangga Mustafa Lutfi Al Manfaluti,” kata Prof Sangidu, yang juga dosen pasca sarjana Program Studi Agama dan Lintas Budaya Minat Kajian Timur Tengah, UGM.
 
Terkait penerbitan Buku Hamka versi Arab tersebut, baru-baru ini diadakan seminar kesusastraan di Universitas Elmenia (383 km selatan Kairo) atas kerja sama dengan KBRI Kairo. Seminar tersebut membahas mengenai studi komparatif terhadap tiga novel klasik dan kontemporer, yaitu “Thauq El Hamamah (Untaian Kalung Merpati)”, karya pujangga abad pertengahan, Ibnu Hazm (994-1064), Magdoulin (Magdalena) karya novelis Mesir Mustafa Lutfi Al Manfaluti (1877-1924) dan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijch karya Hamka (1908-1981)”.
 
Ketiga novel itu memiliki tema yang sama, yakni cinta dan kegetiran. Dan seminar yang dibuka oleh Pembantu Rektor Universitas Elmenia bagian Akademik dan kemahasiswaan Prof. Dr. Ahmad Kamil Nu`man, dan dihadiri pula Duta Besar RI untuk Mesir Nurfaizi Suwandi itu, tampil pembicara lima pakar sastra Arab dari Mesir yaitu Prof Dr Abdel Mouneim, Prof Dr Ahmad Arif Hajazi, Prof Dr Hafedz Al Maghrabi, Prof. Dr. Munir Fauzi dan Prof. Dr. Said Thawwab, di samping Prof Sangidu dari Indonesia.
 
Universitas Elmenia dikenal rutin mengadakan pelatihan dan seminar internasional yang beberapa seminar sebelumnya dihadiri dosen-dosen terkait dari UGM, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
 
Saling Pengaruhi
 
Dalam kajiannya, para narasumber tersebut berkesimpulan bahwa semua penulis dan sastrawan dari masa ke masa saling mempengaruhi dalam pemikiran, meskipun pada akhirnya masing-masing penulis memiliki gaya bahasa dan ciri khas tersendiri.
 
Menyinggung polemik yang pernah merebak di Indonesia menyangkut tuduhan adanya “plagiat” yang dilakukan Hamka dari novel Magdoulin karangan Al Manfaluti, Prof Sangidu menepis tudingan itu. “Sesungguhnya bukan plagiat, tapi yang benar adalah Buya Hamka terinspirasi dari Al Manfaluti, dan beliau (Buya Hamka) mengakui telah banyak membaca buku-buku pujangga Mesir itu,” katanya.
 
“Sebetulnya memang terjadi intertekstualitas yang dalam bahasa Arabnya `ta`tsir wa ta`atsur` atau saling mempengaruhi. Artinya Hamka terpengaruh pemikiran Al Manfaluti, tapi sama sekali bukan plagiasi,” ujar Prof Sangidu. Novel Magdalena yang dalam bahasa Arabnya “Magdalain Aw Tahta Dhilaliz Zenfon (Magdalena Atau Di Bawah Naungan Pohon Linden) merupakan saduran dari buku Sous les Tilleuls, karya novelis Prancis Jean-Baptiste Alphonse Karr (1808-1890).
 
Dari segi isi, novel Magdalena berlatar budaya Barat dan tokoh-tokohnya pun bukan nama-nama Barat bukan Arab, seperti Adward, Stevan, dan ayah Magdalena bernama Muller. Namun, alur cerita dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sangat kental berlatar budaya Minang, ranah tempat Hamka lahir dan dibesarkan.
 
Tuduhan plagiasi itu pertama kali muncul pada 1962, lewat tulisan Abdullah SP di koran Bintang Timur dalam rubrik Lentera yang dipimpin Pramoedya Ananta Toer (1925-2006). Abdullah SP, yang oleh beberapa kalangan disinyalir sebagai nama samaran dari Pramoedya, tanpa tedeng aling-aling menohok Hamka dengan judul tulisannya “Aku Mendakwa HAMKA Plagiat”.
 
Tuduhan itu pun tak pelak lagi menimbulkan dua kubu pro dan kontra. Di satu pihak, Bintang Timur yang berhaluan Komunis, dan di pihak lain, Hamka yang ulama dan pegiat politik Islam. Hamka sendiri tidak bersuara menghadapi tuduhan itu, tapi sastrawan kaliber H.B. Jassin (1917-2000) dan beberapa kawannya tampil membela Hamka. Pembelaan itu dihadang tanpa ampun oleh Lentera Bintang Timur dengan memuat secara bersambung buku Magdalena terjemahan Indonesia.
 
Polemik hebat itu berlangsung empat tahun dari 1962 hingga berakhir pada 1964 setelah penguasa Jakarta melarang Bintang Timur memuat polemik itu lagi, karena dianggap mengancam stabiltas keamanan. Anehnya, ketika Hamka dinobatkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional pada 2011, sebuah buku terbit dengan judul seperti tulisan di Bindang Timur, “Saya Mendakwa HAMKA Plagiat: Skandal Sastra Indonesia 1962-1964 oleh Muhidin M. Dahlan.
 
Alhasil, terlepas dari polemik itu, “Kapal Van Der Wijck” masih belum tenggelam, ia tetap enak dibaca dan terus dicetak ulang. Hingga 2007, novel itu telah lebih 30 kali cetak ulang oleh penerbit Bulan Bintang. Ini berbeda dengan novel Magdalena, yang kendati telah dialih-bahasakan ke Indonesia dalam sedikitnya tiga versi berbeda, namun tidak punya pasar di Nusantara ini.
 
“Meskipun terdapat kemiripan dengan Magdalena, namun novel Van Der Wijck punya tema cerita murni Indonesia,” kata kritikus sastra dari Leiden, Belanda, A. Teeuw (1921- 18 Mei 2012).  (M043/Z002)

1 commentaire:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^cc
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~3:23 PM 15-Sep-20
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    RépondreEffacer

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria