Rakai Lukman
Telah sampai di etalase ruang tamu, dua buku istimewa dari penulisnya. Sayangnya lupa minta tanda tangan, sebab terlalu asyik bercanda yang melempar angin jahat dalam tubuh.
Dua buku petuah hidup dan kehidupan. Yang diserap dari buah perjalanan. Buah budi yang tertoreh di dinding lintasan takdir yang dilalui penulisnya. Meski baru sekilas membacanya, seolah pantulan petuahnya minta dipungut tangan pikir dan nurani.
Dua buku hadir di era digital di rimba persilatan milenial; mampukah menyerap ke ulu hati dan pikiran? Tentunya si pembaca yang menentukan, tetapi kalau membaca saja belum sempat. Bagaimana sampai pada generasi pengemban zaman?
Semoga saja, dua buku ini bagian dari lika-liku peradapan yang layak dihadirkan. Bukan sekedar lintasan cahaya kata-kata yang diacuhkan.
Salam hormat untuk Nurel Javissyarqi.
Aucun commentaire:
Publier un commentaire