vendredi 25 juin 2021

Puisi-Puisi Nanda Alifya Rahmah

sastra.beritajatim.com, 10 Jan 2021
 
Malaikat Mengayuh Pantai
 
Perahu nelayan pukul tiga pagi
Menarik kembali ujung jala yang koyak
 
Burung laut hitam mengirim suara kegelisahan
Sepanjang dadamu
Memanggil dadaku karam kepadamu
Adakah kau dengar seorang bocah menangis
Menggendong boneka robek
Berjalan di pasir kerang – memandang kepergian
Atau kepulangan
Yang tak bisa dicegah
 
Lumpur dan bau ikan mengeras di pundaknya
Kutarikan firasat buruk perempuan di kakinya
Kerang-kerang putih menanggalkan kelopak
Seperti mawar menanggalkan kelopak
Di akhir musim
 
Seperti kidung, di pusarnya tuhan menulis hayat
Mengekalkan yang telah dan hadir kembali
Tentang kota baru dalam mimpi seekor siput yang putus asa
Berabad-abad menyeret dunia di punggungnya
Engkaulah laut, aku hanya kapal-kapal hantu
 
Kau bernama seperti patok-patok tanah pantai
Tangan angin memegangmu erat dan memilikimu
Adakah kau menamainya juga: bayangan
Yang mengiringi bayanganmu ke sisi bulan
Di puncak musim yang renggang
Menjaga waktu di mercusuar
Ingin sekali aku menjelma ranting pohon yang terdampar
Oleh ombak yang kacau dan tak peduli
 
Mengikuti cahaya matahari penuh harapan
Menanamkan anak-anaknya ke bumi
Seperti benih ke tanah
Seperti mani senggama
 
Dua puluh empat perahu menyebar
Dua puluh empat malaikat mengayuh papan panjang

Namun setiap pagi di sebuah kampung asap
Aku melukis dua belas perempuan
Menjatuhkan tirai bayangan di kamar – seperti mata
Meneteskan garam ke air laut
 
Lalu pulau-pulau pecah menyaksikan kata-kataku
Angin, akankah mendatangkanmu kembali
Lalu burung-burung menyambutku dengan iman yang penuh
Seolah tanganmu likat menyibak rimba basah
Yang menerima mayat-mayat pelayaran buangan ini
Dan menyimpannya seperti memeluk kekasih
 
2018-2020
 
 
 
Rembulan Terbakar
 
kemarau, penyairku, seperti matahari, berarak dari timur ke barat, tubuhku orang tropis tengadah ke langit, malam-malam leleh, segala hidup melarung di segala air yang kehijauan dan tak bergerak, namun telah kupanjatkan api dari dadaku ke dadamu, memimpin di ujung mata panah, seperti musim membelah barisan angin, dengarlah udara yang tersayat-sayat, tentara waktu yang kalah dan bermandikan luka tangan-tangan patah, ke hatimu kegelapan meradang, berperisai rembulan terbakar
 
2018-2020
 
 
 
Perahu Jauh
 
pasir dingin, kausimpan di dada, tujuh musim terang tujuh musim gelap, kaulayari laut ke langit jiwanya, perahu mendaki angin, mendaki antara, pulau dulu pulau nanti, pulau putih dalam mimpi orang mati, pantai-pantai langit biru, ombak-ombak awan, daun bintang menjari melambai jauh, ke perahumu, bulan separuh
 
2018-2020
 
 
 
Seekor Anjing
 
seekor anjing hitam berkaca pada wajahku, angin paling sedih seperti suara perempuan di sebuah mimpi tengah laut payau yang mengeluarkan asap biru, dunia dari cakrawala lain, mulutku dipenuhi lebah, tak bisa bertanya dan menjawab matanya menyatui kematian
pikiranku menumbuhkan pohon-pohon membentuk barisan lingkar hijau yang menjerat bala semut yang pernah menelusuri kulitmu, hutan-tuhan terpanggil menyahutku, mungkin terbaca seperti pernah kubaca tengkukmu: tanah paling kering, tubuh terkremasi yang abunya babak belur dalam hujan putih dendam yang penasaran
 
aku sujud seperti anjing sujud tapi liurnya menjelma kabut bergerak ke hampa gema, melobangi telinga dengan karat dan laut, dan suara kelelawar kecil menetas dari kutukan batang ingatanku, bermigrasi ke salah satu kamar menjatuhi punggungku dengan doa dan kegelapan
 
kegelapan yang menjadi sarang kutu rambut mayat-mayat perempuan yang dikhianati, “bukankah kau daging segar yang selalu lolos dari perburuan dan ingatanku,” bukankah telah hitam seluruh ingatanku?
 
tapi hanya tembok merah yang mendengar erangan itu, kelegaan seperti tuhan bersatu denganku, sungai-sungai kuning masuki jalanan darahku seperti terasa dirimu di pusat diriku, aku berubah dengan rumput-rumput gelap menjejali pori-pori, malam hariku adalah perkelahian, tak ada yang lain bergabung kata-kata membentuk kau yang baru
 
Surabaya, 2016
 
 
 
De Grote Postweg
: affan
 
di akhir puisimu, selembar peta jawa tergelar di kepalaku, kota-kota garam merapat ke laut, kapal-kapal dagang, menurunkan berkarung-karung masa depan, dan kita – punggung kita- kuli yang kurus-hitam dalam sejarah kesedihan ini, memanggulnya ke batas lembah, di akhir hari itu, hatimu berbunyi dalam surat kaleng, menolak seluruh alamat, aku bayangkan jalan itu menggambar titik-titik hitam baru, merunut arah matahari terbit, di sawah yang mana, ladang yang mana, pengampunan yang mana, esok bayangan kita boleh terjatuh
 
2019

Nanda Alifya Rahmah, lahir di Surabaya, 1994. Menulis puisi, esai dan cerpen. Menyelesaikan studi Sastra Indonesia di Universitas Airlangga, berkesenian di Teater Gapus Surabaya, FS3LP, Komunitas Timur Lawu, dan No-Exit Theatre. Sejak tahun 2018, bersama para penulis muda Surabaya mengelola forum Majelis Sastra Urban. Buku puisi terbarunya Yang Tersisa dari Amuk Api (2020). http://sastra-indonesia.com/2021/06/puisi-puisi-nanda-alifya-rahmah/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria