dimanche 4 juillet 2021

Empat Dusta

Bantahan Panitia Penyelenggara Utan Kayu International Literary Biennale 2007, Komunitas Utan Kayu, Jakarta
 
Edy A Effendi
Media Indonesia, 2 Sep 2007
 
MEDIA Indonesia telah kebobolan oleh termuatnya sebuah berita bohong. Chavchay Syaifullah seolah-olah melakukan reportase acara pembukaan Utan Kayu International Literary Biennale 2007 dengan menulis sebuah laporan dengan judul utama, ‘Si Geger Menangis, Pesta Bir Berlanjut’ (Media Indonesia, Minggu 26 Agustus 2007).
 
Utan Kayu International Literary Biennale 2007 adalah pertemuan sastra internasional keempat yang diadakan Komunitas Utan Kayu yang kali ini diselenggarakan di Jakarta dan Magelang. Acara tersebut juga berlangsung di kedutaan besar dan pusat kebudayaan asing di Jakarta serta di sekolah dan pesantren. Festival diikuti 26 sastrawan Indonesia dari berbagai daerah, 20 sastrawan dari Lebanon, Pakistan, India, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Togo, Bolivia, Belanda, Australia dan AS. Sejumlah pengamat dari luar negeri juga datang.
 
Tulisan Chavchay tidak mencerminkan inti dan cakupan pertemuan sastra itu. Sebaliknya, di dalamnya terdapat sedikitnya empat kebohongan.
 
Pertama, menurut Chavchay, “Terlihat banyak tamu yang mabuk selepas acara pembukaan itu.” Ia juga mengatakan, “Peristiwa itu terang saja membuat risih para tamu lainnya yang menilai pesta bir itu sebagai pekerjaan setan.”
 
Kedua, menurut Chavchay, ‘…seorang penyair bernama Geger menangis karena selepas menulis nama dan membubuhkan tanda tangan pada buku tamu, ia diusir satpam’.
 
Ketiga, Chavchay mengutip penyair Geger, ‘Saya memang bersandal jepit dan berpakaian jelek seperti ini. Tapi apa karena penampilan seperti ini saya tidak boleh masuk?’ Dikatakan pula, Geger berlinang air mata. Selanjutnya Chavchay menulis, ‘Yang boleh makan ialah jenis undangannya lain’, kata rekan Geger asal Papua itu sambil menunjukkan undangan yang kemudian dilacaknya sendiri.
 
Keempat, Chavchay menulis, ‘Sudah bukan rahasia lagi KUK kurang suka dengan Sutardji Calzoum Bachri’. Kami katakan semua itu dusta belaka karena:
 
Pertama, berdasarkan kesaksian hadirin maupun petugas, tidak ada seorang pun (apalagi ‘banyak’) tamu yang mabuk. Perlu diketahui, bir yang disediakan sangat terbatas dan gerai bir ditutup sebelum acara selesai. Penyediaan bir adalah suatu kelaziman dalam jamuan internasional. Hal itu juga bukan pertama kalinya terjadi di Taman Ismail Marzuki.
 
Chavchay, dengan mengatasnamakan para tamu, menilai resepsi itu adalah ‘pesta bir’ sebagai pekerjaan setan. Penilaian seperti itu jelas bertujuan menyebarkan citra buruk Komunitas Utan Kayu, Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Jakarta, para sastrawan peserta festival, dan para tamu.
 
Kedua, kami menegaskan tidak ada seorang pun yang diusir keluar atau dihalang-halangi untuk masuk dari dan ke Teater Kecil TIM malam itu. Hal itu bisa dicek kepada satpam, petugas dari panitia, dan para hadirin, termasuk Geger.
 
Ketiga, acara tersebut terbuka untuk umum, gratis, dan hadirin tidak harus menunjukkan undangan untuk menikmati acara dan hidangan.
 
Keempat, kami tegaskan tidak ada perasaan tidak suka kami terhadap Sutardji Calzoum Bachri. Kami mendasarkan undangan bukan pada perasaan suka dan tidak suka. Kami tak punya masalah dengan Sutardji. Beberapa kali kami juga mengundang beliau dalam acara di Teater Utan Kayu maupun dalam Biennale Sastra. Bahkan Sutardji pernah menjadi pembicara pada acara diskusi tentang puisi di Teater Utan Kayu.
 
Chavchay dengan sengaja mengabaikan keharusan etis wartawan untuk mengecek dua pihak yang bersangkutan. Kami sungguh heran mengapa seorang wartawan dari surat kabar terkemuka menulis fitnah dan kebohongan seolah digerakkan kedengkian.
 
Kami sangat menyesalkan rubrik kebudayaan Tifa Media Indonesia yang mestinya punya peran penting dalam penyebaran informasi dan pemikiran kebudayaan, telah disalahgunakan untuk menyebarkan fitnah dan berita bohong. Berita bohong semacam itu bisa mengakibatkan kesalahpahaman, kesan buruk, dan reaksi yang tak semestinya.
 
Kami percaya fitnah dan berita bohong yang disebarkan Chavchay tidak sesuai dengan kebijakan, watak, dan kebiasaan Media Indonesia.
 
Marilah kita lebih banyak bekerja untuk menghasilkan karya-karya bermutu dan bukannya membiakkan fitnah.
 
Sitok Srengenge
Direktur Utan Kayu Internatinal Literary Biennale
 
Catatan redaksi:
 
Terima kasih kepada Sitok Srengenge selaku Direktur Utan Kayu International Literary Biennale atas bantahan terhadap reportase wartawan kami, Chavchay Syaifullah, Geger Menangis, Pesta Bir Berlanjut, (26 Agustus 2007). Sekadar tambahan, hasil penjelasan Chavchay Syaifullah berdasarkan wawancara dengan Geger Prahara dan ada alat bukti rekamannya. Geger Prahara membenarkan bahwa dia diusir pihak keamanan Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
 
Saya sepakat ajakan Sitok Srengenge agar lebih banyak bekerja untuk menghasilkan karya-karya bermutu dan bukannya membiakkan fitnah. Saya juga mengajak agar menyelesaikan persoalan dengan cara-cara proporsional, bijak, dan tidak tendensius. Sastra harus dikembalikan pada habitatnya, menyelusuri keindahan hutan belantara bahasa, bukan caci maki atau hasutan. Akhirnya, seperti halnya ungkapan penulis lakon The Chairs (Les Chaises) Eugene Ionesco, bahwa tugas seniman itu mencipta.
 
Demikianlah, mudah-mudahan kita bisa mengakhiri persoalan dengan arif; menebarkan prasangka-prasangka baik terhadap setiap individu meski kita berbeda pikiran.
***

http://sastra-indonesia.com/2011/08/empat-dusta/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria