
Pengarang Muhammad Ali mempunyai nama lengkap Muhammad Ali Maricar. Ia dikenal sebagai pengarang cerita pendek, novel, naskah drama, juga menulis sajak, esai, dan terjemahan. Lahir pada tanggal 23 April 1927 di kampung Ketapang, Ampel, Surabaya, Jawa Timur, dan meninggal di kota yang sama 2 Juni 1998. Sampai saat meninggalnya, ia masih menetap di pinggiran kota Surabaya itu dengan alamat Manukan Rejo V/11, Surabaya 60185. Krisdinanto (1995) mengemukakan bahwa Ali hanya seorang pengarang yang memilih tinggal di pinggiran kota Surabaya, jauh dari kegiatan politik, ekonomi, dan budaya. Ia pernah berkelana dan tinggal di kampung-kampung kumuh dari Jatipurwo sampai ke Nyamplungan.
Agama yang dianutnya Islam. Ia menikah dengan Aminah, wanita Jawa Timur, tahun 1950 dan mereka mempunyai delapan orang anak. Ayahnya, Ahmad, adalah keturunan India (1900) juga beragama Islam dan ibunya, Hawabi, ialah kelahiran Surabaya (1905) peranakan Indonesia-India. Sekolah dasar yang ditempuhnya adalah sekolah yang diselenggarakan Pemerintah Belanda untuk keturunan Arab-Belanda (GHAS) dan tamat tahun 1936. Selanjutnya, pendidikan formal tertinggi yang diperolehnya di sekolah menengah pertama (MULO) tahun 1941, tetapi tidak tamat. Ia mengikuti kursus pada Keimin Bunka Shidhoso (Kantor Pusat Kebudayaan di zaman pendudukan Jepang), dan belajar bahasa Inggris dan Belanda.
Pekerjaan pokok yang ditekuninya sebagai sastrawan dan wartawan. Ia pernah mengasuh beberapa majalah, antara lain tahun 1947-1949 sebagai redaksi majalah Mingguan Pahlawan terbitan Batalyon 33, Devisi I, Tentara Rakyat Indonesia (TRI), Surabaya; tahun 1950-1951, sebagai redaksi majalah Republiken Mimbar Pemuda, Surabaya; dan tahun 1952-1953 sebagai redaksi majalah sastra Tjetusan, Surabaya.
Kegiatannya dalam organisasi kesenian, antara lain tahun 1952-1956 sebagai anggota Gabungan Sastrawan Muda Surabaya, tahun 1972-1976 sebagai anggota Dewan Kesenian Surabaya, tahun 1976-1978 sebagai Ketua Dewan Kesenian Surabaya, tahun 1978-1979 sebagai anggota Majelis Kehormatan Pembina Kesenian Surabaya & koordinator Siaran Apresiasi Sastra Indonesia di TVRI Stasiun Surabaya.
Tahun 1974 pernah bekerja di kantor Kotapraja Surabaya membantu Penerbit Bina Ilmu, Surabaya, sebagai penyunting bahasa. Tahun 1978-1982 diangkat sebagai dosen tamu pada Fakultas Sastra di Universitas Jember. Ia mulai menulis cerita pendek dan puisi tahun 1942 dalam beberapa majalah terbitan Jakarta dan Surabaya, antara lain Gema Suasana, Mimbar Indonesia, Siasat, Gelanggang, Zenith, Poedjangga Baru, Konfrontasi, Kisah, Budaja, Indonesia, Gema Suasana, Budaja Djaja, Horison, Seni, Buku Kita, dan Optimis. Ia juga menulis di harian Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Padang, dan Medan, antara lain harian Berita Buana, Kompas, Sinar Harapan, Kedaulatan Rakyat, Suara Karya, Surabaya Post, Jawa Pos, Singgalang, dan Waspada.
Karangannya yang sudah diterbitkan berupa buku, antara lain (1) 5 Tragedi (1951, Surabaya : Balai Buku), (2) Siksa dan Bajangan (1955, Surabaya : Balai Buku), (3) Persetudjuan dengan Iblis (novel, 1955, Surabaya : Balai Buku), (4) Kubur Tak Bertanda (1955, Surabaya : S. Alaydrus & Son dan Garuda), (5) Hitam atas Putih (1959, Jakarta : Balai Pustaka), (6) Si Gila (drama), 1969, (7) Kembali kepada Fitrah (drama), 1969, (8) Bintang Dini (kumpulan sajak), 1975, (9) Buku Harian Seorang Penganggur (kumpulan cerita pendek, 1976), dan (10) Ibu Kita Raminten (novel, 1982), dan Qiamat.
Di samping menulis karya sastra, ia juga menulis karya nonfiksi, antara lain (1) Laporan Rahasia dari Belakang Tirai Besi, 1960, Surabaya : Pustaka Progresif, (2) Di Bawah Naungan Al-Qur'an, 1955 (8 jilid), Surabaya : Pustaka Progresif, (3) Izinkanlah Saya Bicara, 1977, kumpulan esai, Surabaya : Pustaka Progresif, (4) Tuntutan Mengarang Cerpen, 1979, (5) Buku Agama (30 judul) 1980-1995 oleh penerbit Bungkul Indah, Surabaya, (6) Wanita Berlisan Suci, 1989, Bandung : Mizan, (7) Ihwal Dunia Sastra, 1990, Surabaya : Bina Ilmu, (8) Nyanyian Burdah, 1980, (9) Puitisasi Juz Amma, 1983, dan (10) Bagaimana Menjadi Aktor Aktris yang Baik.
Karya sastra asing yang pernah diterjemahkannya, antara lain, (1) Tortila Flat karya John Steinbeck dalam majalah Gelanggang, (2) Ular karya William Sarojan dalam majalah Gelanggang, (3) Mahkota Berdarah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi, diterbitkan di harian Surabaya Post, 1995. Karangan yang sudah diterjemahkan ke bahasa asing, antara lain (1) Gerhana dengan judul baru Kiki diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh Prof. Matsui Hiroshi dan Prof. Shibata, penerbit Mekong, Jepang, (2) Kisah dari Kantor Pos diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Satyagraha Hoerip.
Muhamad Ali dapat digolongkan ke dalam kelompok sastrawan yang menganut paham realisme. Seperti diungkapkan Sunyoto (1988), rupanya atmosfir Surabaya telah membentuk pribadinya sebagai seorang pengarang yang realistis, cinta, keterusterangan, kejujuran dan menghormati keberanian. Hal itu selalu terungkap dalam sentuhan karya-karyanya, yang mengupas masalah kehidupan keseharian yang terkait masalah sosial.
Muhamad Ali dengan karya-karyanya yang realistik tersebut, membuktikan bahwa betapa ia dengan kelugasan dan kejujuran serta keberanian mengungkapkan realitas hidup orang-orang di sekitarnya. Pengalamannya bergaul dengan orang-orang yang dalam kehidupan ekonominya yang tidak baik itu mempengaruhi karya-karyanya sejak ia mulai menulis. Salah satu sandiwaranya mengenai kehidupan orang-orang lapar berjudul “Lapar”, mendorong H.B. Jassin menjulukinya sebagai “pengarang lapar”.
Aucun commentaire:
Publier un commentaire