Wahyudi Akmaliah Muhammad
Bagi saya, berkunjung ke toko buku bukan sekedar bertemu penjual kertas
dengan isi tinta yang tertuang di dalamnya untuk melakukan transaksi ekonomi,
melainkan ruang pertemuan yang mengumpulkan beragam keinginan dan obsesi; rasa
penasaran terhadap wajah buku, kemauan mencecap ilmu di dalam buku, meraup
pengalaman yang tercecer yang termaktub dalam berlembar-lembar buku, dan
perjalanan obsesi “kegilaan” diri seiring dengan bertambahnya umur terhadap
buku. Karena itu, saya selalu menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku,
setiap kali saya pergi ke suatu tempat. Seperti sore itu, 8 Mei 2011, saya
bersama isteri dan buah hati kami menghabiskan waktu berkunjung ke ruang
semi-publik, Pejaten Village Mall, yang terletak di Jakarta Selatan. Selain
untuk membeli keperluan sehari-hari, dengan bepergian ke Mall itu untuk
menyegarkan suasana dan pikiran isteri saya, yang saban hari hanya di rumah
menjaga Alesha (kepanjangannya Naudy Alesha Aquina).
Usai membeli barang kebutuhan sehari-hari di lantai bawah dan menemaninya
mencarikan pernak-pernik untuk Alesha di beberapa lantai Mall tersebut, saya
menuju toko buku Gramedia. Berhubung mengajak keluarga, saya tidak bisa leluasa
untuk melihat-lihat judul-judul buku, menelusuri buku-buku yang sempat terbenak
ketika di rumah, dan ataupun bahkan membaca buku-buku baru tersebut dengan
ragam genre isinya yang menarik minat saya. Dengan waktu yang tak banyak, saya
sekedar melihat buku-buku baru yang dipajang di muka depan pintu masuk toko
tersebut, sambil sesekali memperhatikan ringkasan dibalik wajah buku-buku itu.
Jikalau ada yang bagus, saya akan memfokuskan pada sebuah buku.
Hal ini berbeda jika pergi seorang diri, saya bisa menghabiskan waktu
berjam-jam di sana. Tidak sekedar melihat-lihat, di dalam toko buku biasanya
saya menaksir, memikirkan, dan lalu membaca beberapa buku yang saya anggap
menarik, baik itu bagian pengantar, bagian bab pertama, beberapa bab dari
sebuah buku dan catatan epilog. Jika menemukan sebuah buku yang bagus dan
membuat rasa penasaran membuncah, saya selalu menyempatkan membacanya sampai
tuntas. Maksud dari kata “tuntas” mengandung dua hal waktu, bisa sekali datang
ataupun beberapa kali, tergantung dari tipis dan tebalnya sebuah buku. Juga,
saya tak segan-segan merobek segel plastik buku, jika buku itu saya anggap
bagus. Meskipun diiringi rasa tak bersalah, cara saya merobek sebuah buku mesti
dengan gaya maling, “celingak-celinguk dahulu lalu bertindak”.
Jujur, sikap “brutal” ketika berkunjung ke toko buku ini lebih banyak saya
berlakukan ketika di Gramedia ketimbang toko-toko buku lainnya. Alasannya
sepele, selain koleksi buku-buku barunya relatif bagus dan belum tentu ada di
toko-toko buku yang lainnya, di Gramedia sangat jarang untuk memberikan diskon
kepada pengunjung. Alhasil, membaca buku di sana lebih baik ketimbang
membelinya. Ini berbeda bila saya berkunjung ke toko-toko buku di Yogyakarta,
seperti Social Agency Baru, Toga Mas, dan Raja Murah yang selalu memberikan
diskon variatif, mulai dari 10-40 persen. Selain memperhatikan dengan seksama,
di toko-buku itu saya biasanya langsung membeli buku-buku yang saya anggap
menarik untuk dibaca.
Karena prinsip “lebih baik membaca ketimbang membeli buku”, saya pernah
menghabiskan dua hari berturut-turut, dari pagi hingga petang, berkunjung ke
toko buku Gramedia untuk membaca buku-buku panduan dan trik lulus ujian CPNS.
Di sini, saya benar-benar membaca buku dengan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Saya mempelajari dengan serius trik dan pola-pola dalam setiap
contoh bahan ujian CPNS dalam rak-rak buku yang berbaris rapi di toko itu.
Bahkan, jika memang isi dari buku itu penting, saya mempotretnya lewat ponsel
lawas saya. Ini dilakukan sekedar sebagai pengingat ketika mencoba mengulangnya
di malam hari. Pelbagai pose pun saya praktikan untuk menunjang “kenikmatan”
membaca, mulai dari duduk bersila, jongkok, berdiri, hingga memutar-mutar rak
buku untuk menyegarkan pikiran dan mencerna atas buku yang baru saja saya baca.
Jika karyawan toko buku itu mendatangi dan mau memperingati terkait dengan
sikap membaca saya, saya sudah bersiap-siap dengan posisi berdiri dan mau pergi
untuk ke rak buku lainnya.
Dengan seringnya saya berkunjung ke toko-toko buku inilah seringkali
terbersit niat untuk menjadi seorang penulis di mana karya buku saya berjejeran
dengan buku-buku yang lain dan dibaca oleh pengunjung yang datang. Saya kerap
membayangkan bisa menjadi seorang Nurcholish Majid yang menerbitkan buku-buku
keislaman dengan bahasa yang lugas, tertata rapi, dan ide-ide keterbukaan dan
demokrasinya menantang. Saya mengimajinasikan menjadi Jalalludin Rahmat yang
menerangkan ranah agama dan sosial dalam tulisan yang naratif dengan memulai
dengan sebuah cerita sebagai awal pemantik untuk menarik pembaca untuk terlibat
langsung dengan sebuah isu yang ditawarkan. Saya seolah-olah memposisikan diri
sebagai Paulo Coelho yang menjadi guru yang mengkisahkan nilai-nilai spritual
yang inspiratif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat urban yang kering makna.
Di balik angan itu, saya juga mengira-ngira bagaimana kondisi dan konteks zaman
ketika Das Capital ditulis oleh Karl Marx. Saya menggeleng-gelengkan kepala
kepada Pramudya Ananta Toer. Ia, di tengah keterbatasannya di Pulau Buruh yang
dianggap pesakitan politik oleh rejim represif Orde Baru, bisa mengkisahkan
Indonesia Abad 19 lewat sebuah novel “Tetralogi Pulau Buruh” di tengah situasi
dirinya yang terpenjara.
Sayangnya, niat tinggallah keinginan. Setiap kali hasrat untuk menjadi penulis
yang menelurkan buku itu muncul ketika berkunjung ke toko buku, setiap kali
keluar dari sana pula impian itu menguap, hilang begitu saja. Keinginan yang
naik dan tenggelam ini berlangsung selama bertahun-tahun hingga di usia saya
kepala tiga. Begitulah hasrat saya untuk menjadi seorang penulis, entah itu
akademisi, novelis, cerpenis, resensor, ataupun aktivis penulis artikel yang
meneror media massa. Hasrat yang angin-anginan. Hasrat yang muncul ketika
berkunjung ke toko buku dan hilang selepas keluar dari toko buku. Saya hanya
bisa menjadi pemamah dari buku-buku terbaik yang dihasilkan oleh para penulis
terbaik. Saya sebut terbaik karena mereka telah menghasilkan buku untuk
peradaban, meski apapun bentuk dan isi bukunya, serta siapapun penulisnya.
11 June 2011 http://sastra-indonesia.com/2012/02/obsesi-yang-tertinggal-di-toko-buku/
S'abonner à :
Publier des commentaires (Atom)
A. Anzieb
A. Muttaqin
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
A.S. Laksana
Abdurrahman Wahid
Acep Zamzam Noor
Adhie M Massardi
Adin
Adrizas
Afrilia
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahmad Faishal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Jauhari
Ahmadun Yosi Herfanda
Aik R Hakim
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Albert Camus
Alex R. Nainggolan
Amanche Franck
Amien Kamil
Aming Aminoedhin
Ana Mustamin
Andra Nur Oktaviani
Andrenaline Katarsis
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Annisa Febiola
Anton Wahyudi
Aprinus Salam
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arif Yulianto
Arifi Saiman
Arswendo Atmowiloto
Arung Wardhana Ellhafifie
Aryo Bhawono
AS Dharta
Asarpin
Atok Witono
Awalludin GD Mualif
Ayesha
B Kunto Wibisono
Badaruddin Amir
Balada
Bambang Bujono
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bantar Sastra Bengawan
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Berita Foto
Bernadette Aderi
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Boy Mihaballo
Budaya
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
D. Zawawi Imron
Daisy Priyanti
Dareen Tatour
Daru Pamungkas
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dharmadi
Dhenok Kristianti
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dina Oktaviani
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
E. M. Cioran
Ebiet G. Ade
Eddi Koben
Edi AH Iyubenu
Edy A Effendi
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Permadi
Eko Prasetyo
Enda Menzies
Ernest Hemingway
Erwin Setia
Esai
Evan Gunanzar
F. Rahardi
Fadllu Ainul Izzi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fairuzul Mumtaz
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Faris Al Faisal
Fatah Yasin Noor
Fathoni Mahsun
Fathurrozak
Fauz Noor
Fauzi Sukri
Fazar Muhardi
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Franz Kafka
FX Rudy Gunawan
Gesang
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Guntur Budiawan
Gus Noy
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hamka
Hari Purwiati
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hasan Gauk
Hasnan Bachtiar
Henriette Marianne Katoppo
Herry Lamongan
HM. Nasruddin Anshoriy Ch
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S. Chudori
I Nyoman Darma Putra
Ida Fitri
Idrus
Ignas Kleden
Ilung S. Enha
Imam Muhayat
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indonesia O’Galelano
Indra Tjahyadi
Indria Pamuhapsari
Irwan Apriansyah Segara
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Zulkarnain
J Anto
Jadid Al Farisy
Jakob Oetama
Jalaluddin Rakhmat
Jamal T. Suryanata
James Joyce
Januardi Husin
Jemi Batin Tikal
Jo Batara Surya
Johan Fabricius
John H. McGlynn
John Halmahera
Jordaidan Rizsyah
Juan Kromen
Judyane Koz
Junaidi Khab
Jurnal Kebudayaan The Sandour
Jusuf AN
K.H. M. Najib Muhammad
Kadjie Mudzakir
Kahfie Nazaruddin
Kamran Dikarma
Kedung Darma Romansha
KH. Ahmad Musthofa Bisri
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anam
Khulda Rahmatia
Kiki Sulistyo
Komunitas Sastra Mangkubumen
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Kuswaidi Syafi’ie
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Leo Tolstoy
Linda Christanty
Linda Sarmili
Lutfi Mardiansyah
M Zaid Wahyudi
M. Adnan Amal
M’Shoe
Maghfur Munif
Mahamuda
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Mbah Kalbakal
Melani Budianta
Mochtar Lubis
Moh. Dzunnurrain
Mohammad Bakir
Mohammad Kasim
Mohammad Tabrani
Muhammad Ali
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Musafir Isfanhari
Mustain
Myra Sidharta
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naim
Nanda Alifya Rahmah
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Naufal Ridhwan Aly
Nawangsari
Nezar Patria
Niduparas Erlang
Nikita Mirzani
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Observasi
Ocehan
Pameran Lukisan
Panggung Teater
Pentigraf
Performance Art
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringgo HR
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Puthut EA
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Prambudhi Dikimara
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Reko Alum
Remy Sylado
Resensi
Reza Aulia Fahmi
Ribut Wijoto
Rikardo Padlika Gumelar
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riska Nur Fitriyani
Rofiqi Hasan
Rokhim Sarkadek
Roland Barthes
Rony Agustinus
Rosdiansyah
Rozi Kembara
Rx King Motor
S Yoga
S. Arimba
S. Jai
Sabda Armandio
Sabine Mueller
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Samir Amin
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Selendang Sulaiman
Seno Gumira Ajidarma
Shinta Maharani
Sholihul Huda
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Pudyastuti Baumeister
Sugito Ha Es
Sumani
Sumargono SN
Sunan Bonang
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Suripno
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Sutrisno Buyil
Syarif Hidayat Santoso
T Agus Khaidir
T.N Angkasa
T.S. Eliot
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater ESKA
Teater Pendopo nDalem Mangkubumen
Teater Tawon
Tedy Kartyadi
Teguh Winarsho AS
Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo
Tirto Suwondo
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toeti Heraty
Toto Sudarto Bachtiar
Tujuh Bukit Kapur
Udin Badruddin
Umbu Landu Paranggi
Undri
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Vitalia Tata
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Welly Kuswanto
Wulansary
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yonathan Rahardjo
Yudha Kristiawan
Yudhistira ANM Massardi
Yukio Mishima
Yusri Fajar
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zuhkhriyan Zakaria
Aucun commentaire:
Publier un commentaire