vendredi 19 juin 2020

Gusti Eka Luncurkan “Memilih Jalan Sunyi”

Maratushsholihah

“Aku kira jika Bung pergi ke kampusku, Bung akan dengar banyak mahasiswa berkisah tentang Taat. Siapa yang tak tahu kisahnya? Hampir semua tahu Taat yang cumlaude itu. Taat, mahasiswa pendidikan yang sangat taat. Siapa yang bisa menandingi ketaatannya? Mendengar namanya saja barangkali Bung sudah bisa berasumsi, bagaimana taatnya mahasiswa yang bernama Taat. Tidak heran banyak mahasiswa senang dengar kisahnya, ada yang kemudian tergila-gila, bahkan bercita-cita ingin jadi Taat.”

Begitulah kutipan dari salah satu cerpen yang dibacakan Gusti Eka, penulis buku antologi cerpen ‘Memilih Jalan Sunyi’ pada acara peluncuran dan diskusi bukunya di Singkawang Book Fair, yang dilaksanakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Singkawang dan digerakkan oleh Singkawang Membaca pada Sabtu (20/7).

Muncul sebuah pertanyaan dalam benak Gusti Eka tentang tujuan dari pendidikan. Menurutnya jika pendidikan itu bertujuan untuk menjadi seorang dokter atapun polisi dengan kata lain ‘Apakah profesi selalu menjadi tujuan utama? ’ Baginya itu adalah sebuah pilihan, bukan sebuah tujuan dari pendidikan itu sendiri. Berawal dari itu muncullah rasa terganggu dalam benaknya akan banyak hal yang terjadi di kampus sehingga menuangkan keresahan itu kedalam cerita pendek.

“Tidak dipungkiri bahwa disetiap kampus ada yang seperti si Taat itu, bahkan di sekolah, yang memodelkan salah satu orang yang bagus ini, dimana ia cepat selesai segala sesuatunya, kuliahnya. Kemudian muncul pertanyaan apakah mahasiswa yang seperti itu sukses mengarungi kehidupan yang saat ini kita lihat sangat keras. Tidak ada yang menjamin orang-orang yang menjadi role model tadi hidupnya akan sangat baik dari orang-orang yang tidak dimodelkan tadi. Artinya dalam pendidikan kita tidak butuh ketaatan,” ujarnya didepan peserta yang terdiri dari siswa dan siswi SMA, mahasiswa, serta beberapa komunitas dan penerbitan.

Nilai-nilai untuk bagaimana bisa menghargai kehidupan merupakan tujuan yang sebenarnya sehingga bisa mengarungi hidup yang keras seperti hari ini, bukan nilai nominal atau abjad yang didapat dari selembar kertas. Menurutnya pentingnya kita belajar untuk tahu tentang apa saja yang ingin kita ketahui, sebab dunia berubah, jaman berubah maka tak akan pernah cukup hanya dengan nilai-nilai diatas kertas tadi.

Gusti menekankan bahwa dalam penulisan buku ini yang menjadi kekuatan utama adalah membaca, hingga terpikirlah sebuah judul ‘Memilih Jalan Sunyi’ yang merupakan penggambaran dari semakin banyak seseorang membaca dan menulis maka akan semakin sunyilah orang tersebut.

Baginya, buku ini merupakan sebuah proses perjalanan yang panjang dan melelahkan. Dimulai sejak tahun 2013 cerpen-cerpen itu ditulis yang sebagian besar pernah dimuat di Pontianak Post dan Suara Pemred. Tahun 2017 sampai 2018 rencana tersebut ditunda dengan berbagai pertimbangan. Akhirnya pada bulan Juni 2019 buku ini lahir ditangan Penerbit Enggang Media. Hanya butuh waktu dua minggu saja cetakan pertama telah habis terjual.

Kritikus sastra asal Singkawang, Abroorza Ahmad Yusra menyampaikan bahwa tulisan Gusti Eka lebih menyentuh kearah kondisi sosial dan lingkungan dalam menulis antologi cerpen ini. Beberapa hal yang dikritik mulai dari tema secara keseluruhan yang menurutnya terlalu mendoktrin pembaca dengan pemikiran penulis. Selain itu gaya bahasanya hampir tidak ada sama sekali metafora sehingga tulisannya dirasa kurang menohok.

“Jika kita membicarakan sebuah sastra, maka kita membicarakan estetika juga. Di dalam cerpen misalnya kita membicarakan tentang estetika pada latarnya, tokohnya dan sebagainya. Ini yang sebenarnya perlu ditekankan sehingga tulisan yang dihasilkan bisa lebih menohok,” jelasnya.
***

https://mimbaruntan.com/gusti-eka-luncurkan-memilih-jalan-sunyi/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria