vendredi 19 juin 2020

MAKRIFAT ALASTU BIRABBIKUM

A. Syauqi Sumbawi *

Di punggung kasur, Abdun telentang. Menerawang cahaya purnama yang menerobos lewat sebuah genting kaca. Temaram dalam kamar. Istrinya telah jatuh dalam tidur. Mungkin lelah yang berat. Sepanjang siang diombang-ambingkan oleh tingkah-polah dan perilaku tak terduga seorang balita perempuan sepuluh bulanan yang kini tengah pulas di sampingnya.

Sejenak dilihatnya anak pertamanya itu. Mimik wajahnya melukis senyum. Apakah dalam tidurnya, seorang balita juga punya mimpi?! pikirnya.

Abdun memeriksa diri. Tak satu pun peristiwa tersangkut di dinding ingatannya saat balita. Termasuk sebuah kisah yang didengarnya beberapa jam yang lalu. Cerita dari laki-laki tua, saudara jauh bapaknya yang datang berkunjung. Konon, dia pernah basah. Dipipisi ketika menggendong Abdun.

Laki-laki tua itu tertawa. Sementara Abdun, kecut dalam senyumnya. Pikirannya dipenuhi tanda tanya.

Yah, peristiwa apa yang diingat oleh anak manusia saat balita?! Tak satu pun yang mengingatnya. Kecuali penggal demi penggal yang diceritakan oleh para orang tua saat jumpa. Lantas, apakah anak manusia akan menyanggahnya dengan cerita lain versi dirinya sendiri?! Tak seorang pun yang akan nekat melakukannya. Karena pasti, itu adalah dusta dan mengada-ada.

Barangkali, inilah salah satu kondisi absurd dari hidup manusia. Terpasak dalam kondisi yang entah dan tak berdaya. Mungkin hanya senyum yang bisa menawarkannya. Maka, Abdun berusaha tersenyum. Sepanjang dia tahu, tak sepantasnya juga seorang tua disanggah dalam kisahnya. Karena hanya itu, sesuatu yang berharga dan dimiliki terkait waktu manusia di dunia.

Abdun kembali menerawang cahaya purnama. Teringat sodokan dan jendulan di tangannya saat meletakkan tangan di perut istrinya. Gerak anggota tubuh anak perempuannya ketika dalam kandungan. Sejenak pikirannya pun tergerak.

Dari manakah anak manusia mengetahui keberadaannya saat dalam rahim ibu, jika dia saja baru bisa mengetahui masa kecilnya—balita dan seterusnya—dari penggal-penggal kisah yang diceritakan orang lain?! Bukankah telah ada kehidupan yang dijalaninya ketika dalam rahim?!

Tidak ada manusia yang tahu. Bantuan teknologi pun, USG misalnya, tak mampu mengungkap kejadian sebenarnya yang dialami bayi yang akan lahir ke dunia. Lantas, jika diungkapkan sebuah peristiwa, bahwa telah terjadi sesuatu di dalam rahim—juga sebelumnya—, bagaimana manusia akan menyanggahnya?!

Peristiwa yang diungkapkan dan bersumber dari wahyu (dalam keyakinan Islam) inilah yang dikemukakan Alang Khoiruddin, sebagai pintu masuk dalam puisi berjudul “Makrifat Purba”, pada buku Kabar Debu, antologi kostela, Lamongan: Kostela bekerjasama dengan Pustaka Ilalang, 2011, hlm. 124.

sebelum ada sesuatu
Tuhan telah bercakap dengan begitu salju
‘Aku adalah kabar bagimu’
Lantas aku
serupa pecinta yang gemulai
membikin senyum di dataran pipi
merona
tanda syahadah atasmu
Kemudian
saat rahim membuka kelopaknya
aku menjejaki lembah demi lembah
aku menyusuri sepi demi sepi
berharap saut mesra denganmu
Adakah terlalu lampau
semesta makrifat purba ini
sampai pengetahuan atasmu
terjajah

Umumnya, makrifat dipahami sebagai pengenalan. Lebih jauh dari sekadar tahu. Kalau pun itu pengetahuan, tarafnya utuh. Bukan tahu-tahuan, serta mengarah pada pengenalan. Sebuah adagium pun menyebutkan, “tak kenal maka tak sayang". Tak kenal, maka biasa saja dan “tak ada rasa”. Barangkali inilah yang hendak diungkapkan Alang, bahwa tidak hanya pengenalan dan penyaksian, tetapi “ada kondisi rasa”—(begitu salju)— dalam perjanjian antara Tuhan dengan ruh-ruh sebelum diturunkan ke alam jasad, sebagaimana dijelaskan al-Qur’an.

Tuhan berfirman: “Alastu birabbikum?” —Bukankah Aku ini Tuhan kalian?—
Dan ruh-ruh menjawab: “Qaaluu balaa, syahidna.” —Benar, Engkau adalah Tuhan kami—. (QS. al-A’raf: 172)

Pada episode di atas, “kondisi rasa” itu digambarkan …serupa pecinta yang gemulai/ membikin senyum di dataran pipi/ merona/ tanda syahadah atasmu//

Barangkali, kondisi rasa yang tenang dan damai, sebagaimana yang juga digambarkan dalam, “Hai, jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27-28), dengan level yang berbeda, yaitu awal perjalanan dan akhir perjalanan bersama jasad.

Kemudian, inilah yang dialami “aku” dalam perjalanannya di dunia. Seperti pengembara yang …menjejaki lembah demi lembah/ …menyusuri sepi demi sepi/ dengan harapan dapat merasakan “kondisi rasa” itu, yakni …saut mesra denganmu//

Keberadaan manusia bersama jasad dan alam materi, menempatkannya pada kondisi dan upaya pencarian dan pengenalan lagi tentang-Nya, dengan penuh kesadaran. Namun, juga kerap menjadikan manusia lebih terjerumus dalam kebutaan dan perilaku membabi-buta. Bukan jiwa yang tenang, melainkan dalam kondisi terjajah.

Lantas, ...Adakah terlalu lampau/ semesta makrifat purba ini/ sampai pengetahuan atasmu/ terjajah//, tampak lebih merupakan pernyataan retoris, tidak lain untuk menunjukkan bahwa hal pertama yang harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba adalah mengenal Tuhannya.
***

_______________
Ahmad Syauqi Sumbawi, sastrawan kelahiran Lamongan 28 April 1980. Menulis cerpen, puisi, novel, esai, kritik, dll. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa. Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi: Dian Sastro For President; End of Trilogy (Insist, 2005), Malam Sastra Surabaya; MALSASA 2005 (FSB, 2005), Absurditas Rindu (2006), Khianat Waktu (DKL, 2006), Laki-Laki Tanpa Nama (DKL, 2007), Gemuruh Ruh (2007), Kabar Debu (DKL, 2008), Tabir Hujan (DKL, 2010), Darah di Bumi Syuhada (2013), Pesan Damai di Hari Jumat (2019), Menenun Rinai Hujan (2019). Dan beberapa cerpennya dapat dibaca pada kumpulan: Sepasang Bekicot Muda (Buku Laela, 2006), Bukit Kalam (DKL, 2015), Di Bawah Naungan Cahaya (Kemenag RI, 2016).
Sementara antologi tunggalnya: Tanpa Syahwat (Cerpen, 2006), Interlude di Remang Malam (Puisi, 2006), dan #2 (SastraNesia, Cerpen 2007). Novel-novelnya yang telah terbit: Dunia Kecil; Panggung & Omong Kosong (2007), Waktu; Di Pesisir Utara (2008), dan “9” (2020). Sedangkan bukunya dalam proses cetak ulang “#2,” dan Limapuluh (kumpulan puisi) segera hadir. Selain menulis, juga berkebun, dan mengelola Rumah Semesta Hikmah, dengan kajian dibidang sastra, agama dan budaya, di dusun Juwet, Doyomulyo, Kembangbahu, Lamongan.
http://sastra-indonesia.com/2020/06/makrifat-alastu-birabbikum/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria