mercredi 8 juillet 2020

Drama Kolosal: LASKAR BERSARUNG

Rakai Lukman


SINOPSIS

Kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan. Tahun 45, tahun dimana bangsa ini merdeka. Mempertahankan kemerdekaan lebih susah dari pada menyatakanya. Bangsa ini telah siap, siap bertempur sampai titik darah penghabisan. Dengan Slogan “Merdeka ato Mati” hal ini terwujud dalam perjuangan yang dilakukan arek-arek suroboyo dengan gigih dan bangga mereka mengusir pasukan sekutu dari tanah pertiwi.

Tahun 45, tahun kebebasan bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah, dari portugis, belanda,  inggris dan jepang. 3 setengah abad lamanya Indonesia dijajah akhir terwujud kemerdekaanya. Ini cerita bukan cerita tentang proklamir kemerdekaan yang dikumandangkan dua proklamator kita “Soekarno-Hatta”, bukan pula cerita tentang kepahlawanan Bung Tomo dan Arek-Arek Surabaya, tetapi sekelumit kisah dibelahan utara tanah jawa tepatnya di Gresik Utara yang mengiringi peristiwa 10 November 1945.


PARA PEMAIN

  1. KIAI FAQIH

  2. SULAIMAN (komandan Peta)

  3. HASAN (Santri Kodam kiai faqih)

  4. BUNG TOMO

  5. JENDRAL MALABY

  6. KOMANDAN SMITS

  7. PASUKAN BERSARUNG

  8. PASUKAN SEKUTU


BABAK I

(DIAWALI DENGAN LAGU PADAMU NEGERI DAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN)

(DI SURABAYA DATANG PASUKAN SEKUTU DAN MENGUASAI SURABAYA. PASUKAN PETA KELUAR DARI SURABAYA MENYUSUN KEKUATAN BERSAMA RAKYAT. MEREKA PERGI KE BELAHAN UTARA KOTA SURABAYA. MEREKA MAU MENEMUI SALAH SATU TOKOH KIAI DI SEBUAH PESANTREN)

(KIAI BERSAMA PARA SANTRI DALAM PERJALANAN PULANG DARI PENGAJJIAN MENUJU PESANTREN DALAM KEADAAN DI TANDU OLEH PARA SANTRI. TIBA-TIBA DATANG TIGA ANGGOTA PETA BERLARI-LARI MENGHAMPIRI)


SULAIMAN    : (tergopoh-gopoh) Assalamu’alaikum, merdeka! Allahu akbar!

KIAI FAQIH    : Wa’alaikumsalam, merdeka, Allahu Akbar!

SULAIMAN    : kiai, tolong kiai, pasukan sekutu telah datang, mereka menduduki kota Surabaya

KIAI FAQIH     : Tenangkan diri mu, kita pasti bisa mengusir mereka, jangan tercerai berai, bersatu padu itu kuncinya. 

SULAIMAN    : baiklah pak yai, kami taati perintah..

KIAI FAQIH    : Hasan..

HASAN    : Injeh pak yai, sendiko dawuh

KIAI FAQIH    : Kumpulke poro santri, sakmmeniko mpun wayahe jihad fi sabilillah. Kaum kafer wus  melebihi batas..

HASAN    : Injeh pak yai, sendiko dawuh. Nyuwun pangestu dan pandongane

KIAI FAQIH    : iki kerikil, bagi-bagikan ke seluruh santri , baik lelaki ato perempuan. Insyaallah mboten ketingal musuh, mboten mempan, lan playune koyok kilat.

(Hasan bersama Sulaiman mengumplkan para santri dan memukul-mukul kentongan serta membagi-bagikan kerikil dan membentuk pasukan bambu runcing dan ketapel)

KIAI FAQIH    : mengomandoi santri-santri dan berpidato

“ assalamualaikum, merdeka, allahu akbar, allahu akbar. Syukur al hamdulillah, solawat atas rosullo SAW. telah tiba waktunya, proklamasi telah dikumandangkan, jihad fi sabilillah telah dimulai, Tuhan memanggil kita, berseru, usir penjajah dari negerimu, usir penjarah dari bangsa indonesia, kompeni bersama sekutu datang lagi ingin menghancurkan kemerdekaan nusantara ini, allahu akbar, kompeni kompeni dan sekutunya telah melebihi batasanya. Saya serukan baik petani, santri, laki-laki atau perempuan, semua wajid membelah tanah air, tanah dimana kita berpijak dan langit dijunjung. Usir mereka, allahu akbar. Merdeka, merdeka”

 

BABAK II

 Di Surabaya, Jendral  malabi mengutus komandan Smith. Untuk mengejar pasukan para pelarian, sehingga tidak ada lagi benih-benih perlawanan)

Jendral Malaby    : Komandan smith, apakah pasukan sudah siap?

Golden Smith        : Yes sirr

Jendral Malaby    : Kejar mereka, bantai sampai ke akar-akarnya, hancur leburkan, jangan sampai dapat dukungan dari para pribumi, khususnya kiai

Golden Smith        : Siap Laksanakan

Jendral Malabi        : Orang-orang pribumi, itu hanya pengecut, yang tidak layak kelolah negeri mereka, gold gospel glory,  kita harus kuasai semua, vini vidi vici,  kejar mereka, mayor

Golden smith        : siap..mari pasukan kita bergerak. Bumi hanguskan yang melawan

 

BABAK III 

MAYOR SMITS DENGAN BEBERAPA PASUKAN SEKUTU MENYISIR UTARA KOTA SURABAYA) DIRINGI DENTUMAN SUARA BOM DAN MERIAM, ASAP MESIU BERHAMBUR KE MANA-MANA. MEREKA MENGEJAR PASUKAN PETA.

SEMENTARA ITU PERJUANGAN AREK-AREK SURABAYA TETAP BERKOBAR)

BUNG TOMO BERPIDATO “....”

SAMPAI MEREKA PADA SUATU TEMPAT, YANG SEOLAH-OLAH ITU LAUTAN. PANDANGANNYA TELAH DIKABURKAN. YANG MANA ITU BUKAN LAUT, TETAPI PADANG YANG LUAS. TIBA-TIBA MENJELMA MEDAN PERANG. ADA BANYAK KERUMUN ORANG YANG MEMBENTUK BARISAN PERLAWANAN, PARA PEJUANG DARI LASKAR BERSARUNG MENGHADANG MEREKA. PARA PASUKAN TERKEPUNG. MEREKA MENEMBAK TAK BERATURAN. MERIAM PUN BERDENTUM TAK TAHU ARAH BAHKAN MENEMBAK SESAMA TEMANNYA. PARA PASUKAN BERSARUNG MENGUMANDANGKAN ALLAHU AKBAR, MERDEKA, MERDEKA”


SAMPAI AKHIRNYA KOMANDAN SMITH PUN TEWAS DI MEDAN PERANG. PARA LASKAR BERSARUNG MEMBAKAR BENDERA PARA SEKUTU, INGGRIS, BELANDA DLL.. 

 PARA LASKAR DAN PASUKAN PRIBUMI MENANGKAP SANG JENDRAL DAN DIBAWA KE KIAI FAQIH. PARA RAKYAT BERSORAK SORAI, HABISI DIA GANYANG DIA, BUNUH DIA DASAR KAFER)


KIAI FAQIH        : Cukup, cukup, hentikan, kalian jangan seperti mereka, yang mencuri dan menjarah negeri ini

Jendral malaby     : Ampun kiai, ampun kiai

KIAI FAQIH        : Segenap bangsa ini harus memaafkannya, biarlah sang jendral pulang ke negerinya, jendral yang sukses memimpin perang dimana-mana, akhirnya keok di tangan kita, merdeka, merdeka, allahu akbar (para pribumi dan santri saling bersahutan)

“Wakul ja’al hakko wazahako batil innal batila kana zahuko”


(SANG JENDRAL PUN PULANG KE NEGERINYA DENGAN WAJAH KUYUH SEDIH DAN LESU, HIDUP SEOLAH TAK BERGUNA LAGI, KEKALAHANNYA TELAH TIBA, DENGAN MENINGGALKAN MEDAN PERANG DIA MENAIKI JIBNYA DIIRINGI PASUKAN YANG SUDAH TERLUKA DAN TANPA SENJATA) 

DITUTUP DENGAN PUISI DIIRINGI LAGU PADAMU NEGERI


SELAMAT HARI KEMERDEKAAN SODARA!


“ini Hanya perang kecil, perang besar sudah menanti

Merdeka seolah sepuluh menit saja

Bila tak mampu mengisi dan memahami

Selalu eling, selalu waspada

Para penjajah dan penjarah

Siap datang kapan saja


Selamat hari kemerdekaan sodara !

Ini hanya perang kecil, perang besar di ambang mata

Merdeka seolah lima menit saja

Para penjajah datang bersenjata iklan dan narkoba

Seks bebas dan hidup hura-hura

Yang beruntung yang eling dan waspada


Ini hanya perang kecil, perang besar di ujung tanduk

Merdeka seolah satu detik saja

Bila enggan belajar dan bekerja

Melupa sejarah dan pahlawan bangsa

Hanya menjadi budak di bumi nusantara


Selamat hari kemerdekaan sodara !

Merdekalah selama-lamanya

Proklamirkan ke penjuru nusantara

Gemah ripah loh jinawih

Itulah jati diri dan harkat bangsa


 **Selesai** 

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria