jeudi 2 juillet 2020

Posisi Subyek dan Lirik dalam Puisi

(T.S. Eliot, tahun 1923, gambar dari Wikipedia)
Sholihul Huda *

Dalam esai “Tradisi dan Bakat Individu,” T. S. Eliot menyatakan bahwa: “Puisi bukan pelepasan emosi, tetapi pelarian dari emosi; itu bukan ekspresi kepribadian, tetapi pelarian dari kepribadian”. Eliot juga menambahkan dengan bercanda: “Tetapi, tentu saja, hanya mereka yang memiliki kepribadian dan emosi saja yang tahu apalah artinya ingin melarikan diri dari hal-hal ini.”

Mungkin tampak terlihat aneh, membuka bab ini dengan esai Eliot di tahun 1919, tetapi sorotannya tentang puisi sebagai karya yang “dibuat dan dibentuk,” yang bertentangan dengan pendapat bahwa puisi adalah “ekspresi yang diungkapkan secara spontan,” menarik perhatian penting terhadap bagaimana kita menilai puisi.

Diskusi puisi, sering menarik perhatian pada pengucapan suara penyair, puisi sebagai ekspresi sentimen pribadi, atau puisi merupakan perenungan peristiwa. Sementara klaim Eliot untuk puisi bisa dibilang didasarkan pada upaya mengamankan warisan karyanya, perbedaan antara kontrol, keahlian, dan ekspresi spontan kepribadian yang mengarah ke beberapa pertanyaan berguna, ketika mendekati karya penyair kontemporer.

Orang mungkin bertanya, bagaimana penyair terbaru mendekati pribadi dalam pekerjaan mereka? Bagaimana pengalaman sehari-hari dapat menghasilkan materi puitis? Sejauh mana bentuk-bentuk kontemporer menawarkan tantangan bagi anggapan kita tentang suara dalam puisi? Bagaimana puisi baru-baru ini menegosiasikan ide-ide dari memori dan ingatan? Terlebih lagi, apa yang terjadi pada suara individu yang berbicara, atau lirik “I,” ketika diri dipindahkan dari panggung utama dan sebuah pengalaman bahasa menggantikannya?

Al Alvarez dalam catatan tinjauan tentang puisi pasca perang, “The Writer’s Voice” (2006), mengidentifikasi momen kunci dalam sejarah puisi Amerika. Dia teringat pembacaan yang disampaikan oleh Allen Ginsberg di SUNY Buffalo (University at Buffalo, The State University of New York) pada tahun 1966. Ginsberg membuka pembacaan dengan karya awalnya yang terkenal “Howl:”

‘I saw the best minds of my generation destroyed by madness, starving hysterical naked / dragging themselves through the negro streets at dawn looking for an angry fix– generates expectations of countercultural critique, musicality and performance.

Namun, komentar Alvarez tentang pembacaan Ginsberg ini menunjukkan ketidaknyamanannya, bahwa suara penyair sebagai suara kenabian:

“Saya sekarang mengerti apa yang saya saksikan malam itu di Buffalo adalah sesuatu yang baru dan aneh: transformasi puisi ke dalam pertunjukkan… Penyair adalah pribadi khusus, dan membaca karya mereka masih merupakan kenikmatan tersendiri bagi pribadi yang khusus juga… Ginsberg mengubah semua itu dengan kekuatan kepribadian semata. Atau lebih tepatnya dengan menggunakan ayat sebagai wahana kecakapan memainkan pertunjukan, ia membantu mengubah seni minoritas menjadi bentuk hiburan populer berdasarkan kultus kepribadian.”
***

Dengan mengusung kritik kepribadian Eliot, Alvarez mengarahkan kita pada teka-teki utama dan dasar dari puisi baru-baru ini: “untuk menyapa para pendengarnya dengan meyakinkan, apakah puisi kontemporer selalu membutuhkan ekstremitas emosi dan kepribadian?” William Wordsworth, dan Samuel Coleridge mengklaim dalam pengantar mereka dalam “Lyrical Ballads” (1798) bahwa:

“Puisi adalah luapan spontan perasaan yang kuat, luapan itu mengambil asalnya dari emosi yang teringat dalam ketenangan. Hingga jenis reaksi emosi dalam ketenangan itu secara bertahap menghilang. Emosi itu sama dengan apa yang ada sebelum subjek perenungan, secara bertahap diproduksi, dan apakah itu sendiri benar-benar ada dalam pikiran.”

Mengikuti contoh Romantis di atas, kita akan merenungkan bagaimana lirik pribadi dalam puisi kontemporer menyampaikan kondisi pikiran subyektif dan bagaimana puisi pribadi mengadaptasi obyeknya. Penting untuk mempertimbangkan apa yang terjadi pada puisi, ketika subjektivitas tidak lagi direpresentasikan sebagai suara yang stabil. Destabilisasi suara dan persona dalam puisi ini adalah subjektivitas yang kurang menjadi entitas tetap dari sebuah perpindahan titik referensi.
***

*) Kelahiran Blora, berkeluarga di Gresik, dan kini tinggal di Yogyakarta kembali.
http://sastra-indonesia.com/2020/06/posisi-subyek-dan-lirik-dalam-puisi/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria