Andrenaline Katarsis
Kepada Didin, sahabat baik...
Din, aku bukan pekerja yang saban awal bulan mendapat gaji tetap dan rutin. Sama seperti kamu, aku pun bekerja serabutan. Apa pun aku kerjakan, atau meminjam bahasa kalbu, 'yang penting halal'. Ah, sepertinya batas uang halal dan uang tengik itu setipis kertas HVS ya, Din....
Din, beberapa bulan belakangan ini dunia sedang ditimpa kesialan. Pageblug sampar korona dan kroni-kroninya memaksa kita jadi mirip kucing rumahan ya, Din. Kerjaan kita hanya tidur dan makan saja. Okelah, sesekali bercinta, itu pun kalau sempat. Tapi kalau pikiran sedang kalut, kelamin jadi mati rasa ya, Din.
Tapi kita manusia, Din. Urusan kita bukan melulu mengurusi ranjang dan centong nasi saja, Din. Lebih dari itu, kita juga butuh kemerdekaan dan dayacipta zonder exploitation de l'homme par l'homme, Din. Ahay, mencipta, Din! Manusia mesti kreatif dan terus memutar otak supaya urusan-urusan dapur, ranjang dan hal-hal yang tak pernah selesai itu mau-tidak mau harus bisa diselesaikan juga ya, Din. Demi apa, Din? Demi orang-orang di rumah bisa tersenyum dan bahagia. Senyum, Din, senyum!
Din, bertahun-tahun kita berteman, dan selama itu aku menilaimu sebagai pribadi yang mencintai dunia buku. Ya, dunia buku. Pikiran dan ruang-ruang kamarmu jadi sesak bergelimang buku. Hingga kamu pun terbesit untuk mendirikan rumah penerbitan Tulus Pustaka sebagai corak produksi kamu memperoleh penghasilan. Di luar sana mungkin banyak yang nyinyir dengan usaha kamu. Tapi itu bagian dari dinamika, Din. Jadi, biarin aja ya... Jalan terus saja.
Din, sama sepertimu, aku juga menanduk nasib dan mendulang pemasukan dari dunia buku. Coba lihat, Din. Aku juga melakukan apa yang juga kamu lakukan: jualan buku meskipun kembang kempis, menulis meskipun jarang dimuat, ngetik ulang naskah buku sampai linu-linu kita punya punggung dan pinggang, jadi editor partikelir atau dengan ilmu desain digital seadanya nekat jadi tukang desain sampul biar bukunya nanti terlihat perbawa dan pas.
Itu semua dilakukan sendiri karena aku tahu kita memang tidak punya cukup uang untuk bisa mengupahi orang lain, bukan? Ya, hanya pekerjaan-pekerjaan itulah yang aku bisa, Din. Lain tidak. Kalau kamu sih agak mendingan, Din. Bisa jualan cangkir, rempah-rempah, tahu bulat, kaldu ayam dan gula semut. Aku nggak bisa seperti kamu lho, Din. The show must go on, Din...
Eh, ngomong-ngomong dengan pekerjaan yang hasilnya tidak terlampau besar ini, sama sepertimu, aku tetap dan selalu bersyukur, Din. Sebab ternyata aku masih bisa menghidupi diri. Bisa ngasih uang jajan anak, dan aduhai, ternyata masih bisa juga buat sekadar pelesir naik gunung. Nah, kalau kamu pasti tidak suka naik gunung ya? Ya, aku tahu karena sakit yang menggerogoti tubuhmu sehingga kamu semakin kurus, ringkih dan sering batuk-batuk. Penyakitmu itu tidak memungkinkan kamu bisa naik gunung. Naik gunung itu berat dan eungap, Din. Kamu nggak akan kuat. Jadi biar aku saja. Hihi...
Didin Tulus,
Beberapa hari belakangan ini kulihat kamu sedang sedih, tertekan dan marah atas kasus hukum yang menimpamu. Kamu limbung tapi kamu tetap berusaha untuk kuat dan bertahan. Banyak orang dan netizen Yang Maha Benar di luar sana membicarakanmu. Ada suara nyinyir, tapi banyak juga yang mendukung, mendoakanmu dan simpati padamu, lho Din. Percayalah Din, kamu nggak sendiri! You're not alone, my friend...
Membaca statusmu di Facebook, aku jadi terharu dan teringat hikayat David dan Goliath. Kamu pasti sudah membaca cerita itu. Ya, aku membayangkan kamu adalah David yang sedang berjibaku melawan para Goliath. Dan di akhir kisah, David kecil itu berhasil menumbangkan Goliath yang durjana. Aku yakin kamu pun akan seperti David. Gusti Allah teu saré, Din... Dan kamu tahu Din, doa yang dikabulkan Allah adalah doa-doa orang yang teraniaya. Catat itu Din!
Din, kelak jika kisruh yang menimpamu saat ini berakhir, kamu jangan pernah lupa satu hal bahwa di dalam dunia maya dan semesta isinya ternyata ada manusia-manusia yang lebih suka menyorongkan jari tengah ketimbang ibu jari. Banyak manusia pemarah dan pembenci. Banyak yang terbawa perasaan. Terlalu hipokrit malu-malu kucing dan ingin dibilang heroik. Sosial media itu ya Din, yang disindir seorang tapi yang ribut sekampung. Aduh, berisik dan liar sekali, Din! Dan kamu harus hati-hati soal itu, Din. Salah ngomong sedikit saja bisa jadi perkara hukum. Berisik sekali itu, Din! Eh, tapi itu cuma pendapatku pribadi, lho ya. Jangan dimasukkan ke dalam hati ya!
Oiya, Din, mungkin secuplik sajak Zainal Arifin Thoha ini bisa sedikit menyejukkan hatimu, Din: "Seseorang yang mencinta mungkin punya wajah tapi tak punya mata // Seseorang yang mencinta tak sepenuhnya mungkin benar-benar cinta tapi berkhianat juga"
Oke, Din, kembalilah ke khitahmu sebagai pegiat buku. Ayo, bangun lagilah penerbitanmu itu. Aku mendukungmu. Kembali ke buku, Din. Sing sabar jeung tawakal, nya Din! Sudah, cuma itu saja. Takut kepanjangan suratnya euy, dan kamu malah jadi bete.
Cag!
AJO_QQ poker
RépondreEffacerkami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856