vendredi 4 décembre 2020

CITRA PEREMPUAN DALAM FIKSI (6)

: Keterpelajaran, Ketradisionalan, dan Kemodernan Perempuan
 
Djoko Saryono
 
Keterpelajaran dan keterdidikan perempuan-perempuan golongan menengah dan menengah-atas tersebut membuat mereka tampak memiliki rasionalitas, kesadaran dan daya hidup mandiri, dan sikap kritis terhadap keadaan-kenyataan sekeliling mereka. Dengan modal tersebut, mereka tidak selalu menerima, apalagi mengintegrasikan diri ke dalam keadaan-kenyataan tradisi budaya sekeliling mereka. Mereka tampak mampu dan atau selalu mempertanyakan dan memperhitungkan apakah keadaan-kenyataan tradisi budaya di sekeliling mereka merugikan atau tidak bagi diri mereka. Bahkan mereka juga tidak segan dan rikuh untuk memberontak dan melawan keadaan-kenyataan tradisi budaya di sekeliling mereka yang dirasakan merugikan diri (kehadiran) mereka.
 
Begitulah, Sitti Nurbaya, Tuti, Tini, Atik, Neti, dan Nyai Ontosoroh – sebagai contoh – adalah perempuan-perempuan yang mampu mempertanyakan dan memperhitungkan, bahkan memberontak-melawan keadaan-kenyataan tradisi budaya di sekeliling mereka. Sitti Nurbaya dan Tuti, misalnya, dengan kritis dan tidak jarang sinis selalu mempertanyakan dan memperhitungkan "kebu¬sukan" keadaan-kenyataan tradisi budaya Minangkabau yang dirasakan membelenggu mereka dan kaum mereka. Atik dan Neti dengan kritis memberontaki dan melawan keadaan-kenyataan tradisi budaya Jawa mereka. Bahkan Nyai Ontosoroh di dalam Bumi Manusia dengan berani, menjurus ke nekat, memberontak dan melawan sistem kolonial yang dirasakannya sangat tidak adil dan mengebiri hak asasi kaum bumiputra.
 
Pemertanyaan, perhitungan, pemberontakan, dan perlawanan tersebut didasari oleh seperangkat nilai dan sikap yang berasal dari keterpelajaran dan keterdidikan mereka – para perempuan golongan menengah dan menengah-atas. Berhubung keterpelajaran dan keterdidikan berkonotasi dengan kemodernan yang notabene berasal dari Barat, maka dapat dikatakan di sini bahwa sikap dan tindakan mereka tersebut didasari oleh kemodernan. Hal ini mengimplikasikan bahwa mereka berorientasi pada kemodernan, bukan ketradisionalan. Dengan nilai dan sikap yang dianggap mencerminkan kemodernan, mereka melawan, bahkan menolak ketradisionalan.
 
Begitulah, Sitti Nurbaya, Tuti, Atik, dan Neti memilih dan menjalani kemodernan pada satu pihak dan pada pihak lain memberontaki dan menolak ketradisionalan sebab kemodernan membebaskan mereka, sedangkan ketradisionalan membelenggu mereka. Dengan meminjam istilah Peusen (1981), dapat dikatakan bahwa para perempuan golongan menengah dan menengah-atas memilih hidup di alam budaya ontologis, dan bahkan fungsional. Jadi, semakin tinggi (tingginya) keterpelajaran dan keterdidikan telah mendorong kaum perempuan golongan menengah dan menengah-atas cenderung ke arah kemodernan. Di sini terlihat bahwa tingginya keterpelajaran dan keterdidikan memiliki kesejajaran dan afinitas dengan kemodernan.
 
Sebab itu, dapat dikatakan bahwa di dalam teks-teks novel Indonesia terepresentasi dua macam citra perempuan, yaitu citra perempuan tradisional dan citra perempuan modern. Perempuan tradisional secara afirmatif mengintegrasikan diri pada keadaan-kenyataan tradisi budaya yang sudah ada, sedangkan perempuan modern secara kritis, diagnotis, dan dekonstruktif memperhitungkan dan melawan keadaan-kenyataan tradisi budaya yang sudah ada pada satu pihak dan pada pihak lain secara afirmatif mengintegrasikan diri pada tradisi budaya modern yang sedang dibentuk dan dilembagakan.
 
Pariyem (Pengakuan Pariyem), Srintil (Ronggeng Dukuh Paruk), Bu Bei (Canting), Kedasih dan Sumirat (Tirai Menurun), dan Maria (Layar Terkembang), misalnya, adalah citra perempuan tradisional yang tampil di dalam teks novel Indonesia. Dalam pada itu, Sitti Nurbaya (Sitti Nurbaya), Tuti (Layar Terkembang), Tini (Belenggu), Larasati (Atik) dan Bu Antana (Burung-burung Manyar), Neti (Burung-burung Rantau), misalnya, adalah citra perempuan modern yang tampil di dalam teks novel Indonesia.
 
Ketradisionalan perempuan-perempuan tersebut mendorong mereka melakukan integrasi kultural, sedangkan kemodernan perempuan-perempuan tersebut mendorong mereka melakukan resistensi kultural. Hal ini mengimplikasikan bahwa citra perempuan tradisional berkonotasi dengan integrasi kultural terhadap tradisi, sedangkan citra perempuan tradisional berkonotasi dengan resistensi kultural terhadap tradisi.
 
Berlanjut...

http://sastra-indonesia.com/2020/12/citra-perempuan-dalam-fiksi-6/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria