jeudi 28 janvier 2021

Memandang Masalah ala Elsa

Sasti Gotama *
 
Beberapa orang mengatakan saya baperan. Tentu saja mereka salah. Perasaan saya hanya sedikit peka, serupa selapis tipis kulit ari yang mudah dikoyak kosmetik bermerkuri. Memang apa-apa saya pikirkan, kadang sampai terbawa dalam mimpi buruk atau membuat saya tak nafsu makan selama satu jam.
 
Kehalusan hati saya mudah koyak terutama jika ada kritik tajam, apalagi kritik di depan banyak orang, apalagi kritik yang saya pikir bukan karena kesalahan saya. Beberapa tahun lalu, seorang pasien pernah mencegat saya di koridor puskesmas dan mempertanyakan mengapa rujukannya tidak bisa diproses. Saya katakan, sudah saya buatkan rujukan, tinggal distempel saja di loket. Rupanya penyebabnya adalah BPJSnya tidak aktif karena ia sudah berbulan-bulan tidak membayar iuran. Ia marah kepada saya, kepada sistem BPJS yang tidak berbelaskasihan kepadanya (karena begitu ia tak melaksanakan kewajiban, akses kartu langsung diblokir), kepada negara yang menurutnya semena-mena terhadap orang susah, kepada seluruh alam semesta yang tak berpihak kepadanya.
 
Berjam-jam setelahnya, hati saya tak karuan. Bahkan dua mangkuk bakso pun tidak dapat meredakan. Mengapa orang berprasangka kepada saya, memaki-maki saya, dan menganggap saya bagian dari birokrasi berbelit-belit yang bahkan saya sendiri tidak terlibat dalam pergantian kebijakan yang “pagi dele sore tempe”.
 
Namun, beberapa waktu lalu, tanpa sengaja saya mendengarkan bincang-bincang santai antara host dengan seorang pramugara. Host menanyakan, bagaimana si pramugara bisa  mengatur perasaannya dan tetap tersenyum saat mendapat komplain dari penumpang, misalnya mengenai keterlambatan penerbangan. “Ada trik sederhana,” ucap si pramugara. “Saya menganggap itu bukan masalah saya. Bukan berarti saya tidak peduli, tetapi apa yang penumpang keluhkan bukan ditujukan kepada saya pribadi, melainkan kepada maskapai. Saya menganggap diri saya berjarak dengan masalah, dan saya meminta maaf kepada penumpang atas nama maskapai, bukan atas nama saya, karena kesalahan bukan pada saya.”
 
Sebetulnya, ribuan tahun lalu, tepatnya pada 135 M, seorang filsuf, yaitu Epictetus, sudah merumuskannya dalam mazhab Stoa. Menurutnya, dalam menghadapi masalah, manusia perlu menafsirkan ulang permasalahan tersebut. Manusia perlu menjadikan dirinya seperti burung nasar yang sedang terbang dan melihat masalah dari ketinggian. Seperti halnya pramugara tersebut, yang mengambil jarak dari masalah, lalu memikirkan ulang: apakah ini adalah masalah yang memang disebabkan oleh kesalahannya secara langsung atau tidak; apakah masalah ini ada dalam kendalinya atau tidak. Jika ternyata masalah tersebut tidak diakibatkan kelalaiannya dan dirinya tak punya kontrol terhadap masalah tersebut, maka sebagaimana burung nasar di ketinggian, ia hanya perlu berterima terhadap masalah tersebut lalu terbang menjauh dari masalah tanpa melibatkan perasaan.
 
Keberjarakan terhadap masalah juga membuat kita menjadi lebih objektif. Seringkali saat kawan kita menceritakan suatu persoalan, dengan mudahnya kita melihat jalan keluar, lain halnya ketika masalah tersebut menimpa kita. Dengan menjadikan masalah itu berjarak dari kita, kita melihat masalah itu seolah bukan masalah kita sehingga kita dapat menemukan titik terang dari segala keruwetan. Sebagaimana perkataan putri Elsa: “It’s funny how some distance makes everything seem small.” Kelak ada masanya, ketika kita melihat masalah di masa lalu tampak kecil dan sepele.
 
Segala rumusan di atas mungkin tidak akan secara langsung menurunkan kepekaan perasaan saya yang setipis kulit ari. Walaupun begitu, sebisa mungkin saya menghindari hal-hal yang sama berbahayanya dengan kosmetik bermerkuri dalam mengoyak perasaan saya. Dan seperti halnya Elsa (saya curiga ia pernah berguru pada Epictetus), saya mungkin hanya perlu berkata, “Let it go”, mengibaskan jubah saya, dan berjalan lurus ke depan.
***

*) Sasti Gotama, seorang dokter umum kelahiran Malang yang tinggal di Cilacap. Beberapa cerpennya dimuat di media Kompas, Minggu Pagi, Fajar Makassar, Detik, Ideide, dll. Karya terjemahannya; “Bagaimana Berdebat dengan Kucing”, “Narsisme” (Circa). Buku antologi bersama; “Mimpi-mimpi Erina” (Cerpen dan Puisi Nomine Anugerah Sastra Ideide.id 2020), “Pandemi” (ProsaDiRumahAja, Indonesia Kaya, 2020), “Hanya Cinta yang Kita Punya untuk Mengatasi Segalanya” (2020), “Gagak, Kelelawar, dan Firasat-firasat” (2020). Buku antologi tunggalnya; “Penafsir Mimpi” (2019), “Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?” (2020). http://sastra-indonesia.com/2021/01/memandang-masalah-ala-elsa/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria