Antara bukit-bebukit
Menjulang berderet sekian rindu
Menghidupkan ingatan pentas
Di pelataran sekolah dasar
Keramahan sapa yang menggayut
Kebersihan pada nostalgi hingga kini
Di mana angin sejarah mengantarku
pada bayangan hari-hari yang...
Mengantar adik gapai cita
Setinggi Selogiri
Padukan kepakan sayapnya
Semoga membayar lunas
Janji suci kepada Abah
Pada desau gending Wonogiri
Melihat pelinteng semar
Kereta kencana siaga
Tiba-tiba angin bertiup
Permukaannya jadi sedikit gelisah
Sedikit memutari alun-alun mungil
Ada pahlawan di sana
Ada impian ruang yang meluas
Dalam gamitan waktu yang lewat
Jangan biarkan dia luput dan berakhir
Sebab sore itu:...
“Adalah bayang cakrawala yang kau tatap
kau bentang sendiri nantinya.”
Wonogiri, 12 Juli 2020
Cinta Malam Dua Puluh Dua
Malam ini
Ada angka wadahe rupa
Bulan cincin di brang-wetan
Kisah pengabdi masih keliling bumi
Di antara Tidar dan Surowiti
Pakubumi meniti sunyi tersembunyi
Malam Jum’at legi
Suara jangkrik menandai sunyi
Sebab pandemi banyak relaksasi
Para pengabdi meruang bumi
Di dalam rimba
Di dalam goa-goa
Di atas bukit
Di bibir bengawan
Di bibir laut
Di kedalaman samudera
Pasrah pada ketentuan
Siap menghadapi kenyataan
Nikmat melimpah ingat pada Allah : sibuk syukur
Musibah datang sibuk sabar pada Allah
Ridho jembar hati suka-duka dicapai
Sadar iman di sana
Ujian adalah ujian
Tak goyah
Kokoh hati
Teguh hati
Kuat hati
Terima tak terima
Karena ada hikmah-Mu di sana
Khouf Ya Allah
Syukur Ya Alloh
Mahabbah Ya Allah
Billah
Walillah
Waminalloh
Wailallah
Ketika asalnya bercahaya
Maka bercemerlang-lah akhirnya.
Sidayu, 14 Mei 2020
Cinta Malam Dua Puluh Empat
Malam ini ada berita
Berita samar-samar
Berita orang yang terpapar
Berita yang beranjak dari media
Sejak sore berkelebatan mencari mangsa
Berita yang tak bisa dibuktikan
Sebab benar-salah tak mampu berkata-kata
Tak bisa bicara
Sebab benar-salah adalah akibat
Orang-orang desa pada bergumam dalam tabung
Seusai tanda merah kau sematkan semakin linglung
Semakin resah dan murung
Para penjaga lantas mencari-cari
Larung hampa pandemi yang tak mereka mengerti
Innalillahi...
Taroweh tetap berjalan
Tadarus malam pun demikian
Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara sumbang
Akan menutup langgar
Namun lama-lama hilang ditelan hening malam
Di Sepertiga malam
Do’a malam dimunajatkan
Alun-alun terlihat kelam
Sampah plastik terlihat berterbangan
Disapu angin pencar berpendaran sehabis pahingan
Wajah kotaku jadi berantakan.
Sidayu,16 Mei 2020
Moh. Dzunnurrain, lebih akrab dengan panggilan Cak Roin. Kelahiran Sidayu, Gresik, 19 Oktober 1974. Alumni SD Sidomulyo Sidayu, SMPN 1 Sidayu, SMAN 1 Sidayu. Sempat kuliah di Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jember. Aktivitasnya sebagai pembina teater di beberapa sekolah, di antaranya: Teater di SMAN 1 Gresik, Teater di SMAN 1 Sidayu, Teater di SMA Assa’adah Bungah. Salah satu Pendiri KotaSeger (Komunitas Teater Sekolah Se-Kab. Gresik). Ketua Omah Wayang Sidayu. Menjabat ketua DKG (Dewan Kesenian Gresik) periode 2016-2021. http://sastra-indonesia.com/2021/01/sajak-sajak-moh-dzunnurrain/
Aucun commentaire:
Publier un commentaire