mardi 20 avril 2021

Gara-gara Kawan

; sedikit catatan tentang persahabatan dan buku
 
Irwan Apriansyah Segara *
 
Pertama kali kubaca Dunia Sophie sebelum aku masuk kuliah. Tepatnya dua tahun sebelum masuk kuliah. Ketika aku berhenti sekolah, kabur dari Gontor lalu pindah ke MAN 1 Pandeglang. Kemudian keluar lagi saat kenaikan ke kelas tiga. Masa-masa ini adalah masa yang paling sulit kualami. Kedua orangtuaku kecewa bukan main, mereka merasa gagal menyekolahkanku. Pada awalnya aku diacuhkan, didiamkan dan tidak dianggap. Aku seperti binatang yang salah pulang ke sarangnya. Orang-orang di sekitarku memperlakukanku dengan hal serupa, beberapa mencibir dan memperolokku dari belakang. Desas-desus dan selentingan busuk yang berhasil mengerangkeng hari-hariku.
 
Sampai suatu ketika aku pergi ke Serang, menemui sahabatku Rozi Kembara. Semalaman menginap di perpustakaan Rumah Dunia membuatku terlepas dari kerangkeng orang-orang dari daerah asalku. Sebelum pulang dia menyempatkan diri bersamaku pergi ke toko buku loak di samping terminal Pakupatan. Dari sanalah pertemuan pertamaku dengan Jostein Gaarder (kelak buku dia yang lain, yang mendapat ruang dalam diriku adalah Vita Brevis). Sahabatku menunjukkan sebuah buku bersampul merah dengan gambar wayang di cover depannya. Di sana tertulis Dunia Sophie.
 
Beberapa hari kemudian, setelah pulang ke tempat asalku. Buku itu kubawa dalam tas sandang lusuh. Aku pergi ke pesisir pantai dengan sepeda bekas milik saudaraku, mencari gubuk sepi. Pertama kali kubaca buku itu di atas amben gubuk pesisir pantai Bagedur, sampai matahari tenggelam dan langit kemerah-merahan. Seusai maghrib aku pulang dan sampai di rumah pukul delapan malam.
 
Terkadang kubaca buku itu di atas pasir ketika sore. Terkadang aku berpindah-pindah, dari satu pantai ke pantai lainnya. Pantai Binuangeun, Pasir Putih, dan Pulomanuk, di sana jejak-jejak ingatanku pernah tertinggal dan masih tampak dalam ingatanku kini. Biasanya aku pergi ke pantai sekitar pukul setengah dua, bertepatan dengan anak-anak SMA yang baru keluar sekolah. Dari kejauhan sering kutatap mereka yang mengenakan seragam putih abu-abu. Membayangkan diriku bersama mereka, keluar sekolah dan berkelakar di jalanan.
 
Sampai suatu siang ponselku berdering. Dunia Sophie masih dalam genggamanku, segera kututup ketika kuketahui yang menelponku adalah seorang sahabat menanyakan kabar dan mengajakku kuliah. Kuliah? Seorang anak yang berkali-kali tidak melanjutkan sekolah menengahnya ini diajak kuliah, aku terbengong-bengong sendirian. Adakah jalan ke masa depan terbuka untukku? Kuambil jalan itu tanpa sedikitpun keraguan.
 
Jika bukan karena persahabatan dan buku, tentu aku akan tersesat sendirian dalam keterasingan yang perlahan-lahan mematikan harapan dan impianku. Mungkin aku kini tengah mencuci motor milik orang lain, sambil sesekali ikut mengangkut bata ke atas truk. Namun, Jostein Gaarder membuka pikiranku, membuatku menyadari apa artinya kesadaran diri lewat pemikiran tokoh-tokoh Sigmund Freud, Frederich Nietzsche, Sartre dan lainnya yang dideskripsikan dalam Dunia Sophie. Kalau bukan karena ikatan persahabatan dan buku, barangkali kini aku tidak sedang menempuh perkuliahan. Kurasakan tangan-tangan gaib nasib menuntunku ke suatu arah. Ke suatu tempat di mana hal-hal kecil kelak menjadi besar. Ke suatu tempat di mana segala usaha tidak lagi akan ada yang menjadi sia-sia.

April 7, 2014
 
Irwan Apriansyah Segara, lahir di Malingping, Lebak, 17 April 1989. Telah merampungkan studi di Fakultas Bahasa dan Seni – Universitas Negeri Yogyakarta. Mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara (PPN X) pada tahun 2017. Puisi-puisinya termuat di Jurnal Sajak, Kompas dan beberapa media lokal dan nasional. Beberapa karyanya termaktub dalam antologi bersama, Mata Khatulistiwa (2018), Kavaleri Malam Hari (2017). Buku Nasib (2015),  Puisi Empat Generasi, tribute to Dr. Boen S Oemarjati (2012), Ia Terbangun di Tahun yang belum Tercatat Kalender (2011). Buku puisinya yang telah terbit adalah Perjalanan Menuju Mars (Gambang, 2018). Bergiat di Sukusastra. Ia dapat dihubungi melalui surel irwansegara8@gmail.com

http://sastra-indonesia.com/2021/04/gara-gara-kawan/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria