lundi 24 mai 2021

Kritik dan Ruang Kesarjanaan

Judul : Dari Khazanah Estetika Nusantara
Penulis : Jurnal Kritik
Penerbit : Komodo Books
Cetak : I (2011)
Halaman : 163 halaman
Peresensi : Agus R. Sarjono *
balipost.co.id
 
BISAKAH dunia sastra hidup sehat dan bermartabat tanpa kritik sastra yang hidup dan sehat? Untuk Indonesia belum ada jawaban pasti atas pertanyaan ini. Kita hanya tahu bahwa di negeri-negeri yang sastranya bergairah dan maju, selalu ada kritik sastra yang bergairah, hidup, dan maju pula. Kemungkinannya adalah: karena dunia sastra hidup dan maju, maka kritik pun menemukan lahan kajian yang segar dan menggairahkan sehingga kritik sastra menjadi bergairah dan maju.
***
 
Kemungkinan lainnya: karena kajian dan kritik sastra maju dan bergairah lah, maka para sastrawan pun bergairah menulis sebaik-baiknya karena percaya karya-karya mereka tidak dibiarkan luntang-lantung sendiri, melainkan diterima di haribaan kritik sastra, baik untuk dimuliakan maupun dikritik habis-habisan.
 
Sastra Indonesia modern beruntung memiliki H.B. Jassin, karena sulit dibayangkan bahwa sastra Indonesia modern akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia jika tidak ada orang seperti dia yang terus-menerus tanpa henti mengabarkan gejolak sastra modern yang baru tumbuh itu kepada khalayak luas. H.B. Jassin lah yang membawa dan menjajakan sastra Indonesia modern sehingga kita mengenal Amir Hamzah sebagai ”Raja Penyair Pujangga Baru” dan Chairil Anwar sebagai ”Pelopor Angkatan 45”. Nama-nama lain, menyusul kemudian, menemui khalayak luas lewat pengenalan yang dilakukannya dengan tekun sepanjang hidupnya. Tentu kita mengenal Taj Mahal sebagai monumen yang melambangkan cinta Syah Jehan pada istrinya, tapi dalam kasus ini, kita harus mengakui bahwa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin merupakan monumen dari kesetiaan dan cinta H.B. Jassin sang kritikus sastra tetap kokoh dan teguh saat imajinasi –jantung terdegup sastra– diadili di depan pengadilan, masyarakat pun mau tak mau dipaksa untuk memberi harga pada sastra karena mereka disuguhi kenyataan bahwa ada seseorang yang bersedia masuk bui untuk membela hasil pekerjaan ”aneh” yang bernama sastra ini.
 
Kini sastra Indonesia telah berkembang. Karya demi karya terus bermunculan, namun kritik sastra nampaknya tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Banyak pihak mengeluhkan kondisi kritik sastra di Indonesia yang memprihatinkan. Di sisi lain, para kritikus dan pengkaji sastra juga mengeluhkan keterbatasan-keterbatasan yang menghambat mereka. Salah satu keluhan para pengkaji dan kritikus sastra adalah ketiadaan media untuk memuatkan kritik dan ulasan sastra secara leluasa. Mudah difahami bahwa media massa umum tidak akan dapat memuat ulasan dan kajian sastra secara panjang lebar karena terbatasnya halaman. Media massa umum memang tidak diniatkan sebagai media kritik sastra berupa ulasan panjang lebar, karena memang itu bukanlah tugas media massa umum. Kritik sastra, kajian-kajian mendalam, renungan teoretis, adalah tugas sebuah jurnal yang khusus diniatkan sebagai media kritik sastra. Di berbagai negeri yang habitat sastranya sehat, jurnal khusus sastra dan media massa umum berdampingan saling mengisi. Jurnal ibarat laboratorium tempat kajian dan percobaan-percobaan ilmiah dilakukan, sementara media massa umum adalah etalase tempat temuan laboratorium dihidangkan dan dipergaulkan kepada masyarakat luas.
 
Kritik Sastra
 
Di sisi lain, kritik sastra bagaimanapun harus dilihat sebagai bagian penting dari khazanah intelektualitas dan khazanah kesarjanaan suatu bangsa. Jika disebut di sini khazanah keseharian, ia tidak selalu bermakna kesarjanaan formal akademis, melainkan kesarjanaan dalam arti luas, bergelar akademis maupun tidak. Khazanah kesarjanaan membutuhkan media yang membuka peluang seluas-luasnya bagi kerja kesarjanaan: meneliti, meng-kaji, berteori dan menguji teori, mempertanyakan, dan mengajukan jawaban-jawaban tentatif bagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Tanpa media berolah kritik, kritikus ibarat pemain sepak bola tanpa lapangan. Tambahan lagi, tanpa kritik sastra, sastra suatu bangsa menjadi pendek umurnya. Para kritikus lah yang membuat karya sastra panjang umur. Homer, Shakespeare, Dostoyevski, Flaubert, Proust, Lu Xun, Kawabata, terus hidup hingga saat ini karena terus-menerus dikaji dan diperbincangkan melintasi batas-batas wilayah negaranya.
 
Jurnal Kritik adalah sebuah upaya kecil untuk mengisi kekosongan media bagi kritik, kajian, dan ulasan sastra. Ia diharap dapat menjadi ruang untuk menumbuhkan minat dan khazanah kesarjanaan dalam arti seluas-luasnya (tidak hanya kesarjanaan formal akademis) di bidang sastra. Dengan Jurnal Kritik, kita berharap para sarjana setidaknya memiliki sebuah ruang yang cukup leluasa untuk mengekspresikan pemikiran dan tanggapan mereka atas teks-teks sastra, khususnya sastra Indonesia. Oleh sebab itu, Jurnal Kritik membuka ruang seluas-luasnya bagi berbagai jenis teori dan pendekatan kritik sastra, Barat maupun Timur. Jurnal Kritik juga membuka diri seluas-luasnya bagi berbagai jenis kajian teks sastra, baik klasik maupun modern. Kami percaya bahwa jenis pendekatan dan jenis serta waktu sebuah teks sastra bukanlah halangan bagi kritikus dan sarjana sejati untuk mengungkapkan kekayaan teks yang dikajinya, sekaligus kekayaan kritikus yang mengkajinya. Jarak waktu karya sastra klasik Yunani dengan masa hidup Netzsche tidak menghalanginya melahirkan kajian yang menarik dan memberi cahaya baru atas khazanah sastra lama Yunani sebagaimana dilakukannya dalam The Birth of Tragedy, dan jarak waktu lahirnya Madame Bovary Gustave Flaubert di Prancis dengan Mario Vergas Llosa di Peru tidak menghalangi Llosa untuk memberi cahaya baru pada novel itu sebagaimana dilakukannya dalam bukunya The Perpetual Orgy.
 
Di Indonesia, kita kembali dibuat kagum pada Hamzah Fansuri saat kita membaca kajian-kajian Syed Hussein Al Attas dan Abdul Hadi .M. tentangnya; kita juga kembali tercekam oleh sajak-sajak Sitor Situmorang dan Toto Sudarto Bachtiar saat kita membaca bahasan Subagio Sastrowardojo dalam bukunya Sosok Pribadi dalam Sajak. Bahkan, belum lama ini kita kembali dibuat ngungun oleh Chairil Anwar saat Goenawan Mohamad menggumamkan kembali sajak-sajak Chairil Anwar dalam ”Catatan Pinggir”-nya. Oleh sebab itu, baik sastra klasik maupun sastra modern mendapat tempat yang sama dalam jurnal ini.
***

*) Agus R. Sarjono, pengamat sastra /07 Agustus 2011. http://sastra-indonesia.com/2012/01/kritik-dan-ruang-kesarjanaan/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria