mardi 27 juillet 2021

Antologi Puisi Pengopek Kenangan

Judul: The Fifties Selection Antologi 20 Penyair
Penulis: Adhie M Massardi (et al)
Pengantar: Maman S. Mahayana
Penerbit: Pustaka Spirit Jakarta
Cetakan: Pertama, 2009
Tebal: 237 + xliv halaman
Peresensi: Gunawan Budi Susanto
suaramerdeka.com
 
BUAT apa sebuah antologi puisi diterbitkan? Atau, pertanyaan lain: apa motif seseorang atau sekelompok orang menerbitkan antologi puisi?
 
Tentu banyak jawaban bisa muncul atas pertanyaan itu. Salah satu jawaban diutarakan Hendry Ch Bangun. Dialah pemrakarsa penerbitan antologi ini. Dia menyatakan buku kumpulan puisi ini adalah wujud nyata untuk memperkuat tali silaturahmi. Ya, penerbitan ini memang bermula dari ajang reuni dia dan kawan-kawan penyair “seangkatan” – yang kini sebagian asyik berpuisi lewat jejaring facebook.
 
Dan Maman S. Mahayana, yang menulis kata pengantar, mengapresiasi niatan nostalgik itu sangat mungkin memunculkan antologi ini sebagai “monumen”. Ya, monumen, baik dalam hubungan antarpribadi penyair yang terlibat maupun sebagai pemerkaya khazanah sastra Indonesia. Perkara ini monumen kecil atau besar, itu soal lain. Yang jauh lebih penting, ujar Maman, antologi ini adalah manifestasi dari kegelisahan mereka – kegelisahan sebagai tanda hidup (meminjam ungkapan Sitor Situmorang).
 
Apalagi ketika pembaca – terutama generasi terkini – tahu bahwa mereka, ke-20 penyair itu, sejak awal memang penulis (puisi), baru kemudian memilih profesi lain (kebanyakan jadi jurnalis), dan pernah meramaikan jagat perpuisian era 80-an. Meski, sebagaimana ditulis Maman, mereka acap pula tercecer dalam penulisan sejarah sastra kita.
 
Pembanding
 
Namun justru karena itulah penerbitan antologi ini memperoleh makna signifikan: sebagai bahan pelengkap atau pemerkaya telaah perpuisian pada rentang masa tertentu, terutama era 80-an. Baik bagi para pemerhati sastra maupun, terutama sebagai pembanding, bagi penyair generasi terkini dalam sastra Indonesia. Lebih-lebih lagi, terselip beberapa di antara ke-20 penyair ini – ah, Maman keliru menuliskan jumlah mereka 21 orang (halaman xii) – belum pernah sekali pun menerbitkan puisi dalam sebuah antologi.
 
Ke-20 penyair itu ditampilkan secara alfabetis. Mereka adalah Adhie M Massardi, Adri Darmadji Woko, Afrizal Anoda, Anny Djati W, Aryana SR, Dharmadi, Eka Budianta, Fakhrunas MA Jabbar, Fatchurrachman Soehari, Hendry Ch bangun, Heryus Saputro, Kurniawan Junaedhie, Linda Djuwita Djalil, MH Giyarno, Noorca Marendra Massardi, Remy Soetansyah, Safruddin Pernyata, Sutan Iwan Soekri Munaf, Saut Poltak Tambunan, dan Wahyu Wibowo. Merekalah generasi penulis era Majalah Anita (Cemerlang) – salah satu bacaan yang lumayan mengusir dahaga saya pada masa remaja.
 
Mengasyikkan
 
Bagi saya, selalu ada yang mengasyikkan saat membaca puisi. Puisi siapa pun. Entah sang penyair dikenal atau tidak. Entah puisi itu bisa disebut indah atau tidak.
 
Keasyikan muncul manakala saya merasa menemu ungkapan, imaji, impresi, atau apa pun anasir estetik yang terkandung dalam syair yang terasa begitu akrab, personal. Meski sang makna acap tak tertangkap, terasa tetapi acap tak teraba.
 
Perkara keasyikan itu bisa dipertanggungjawabkan (secara ilmiah) atau tidak, tak penting amat. Toh perjumpaan saya dengan puisi-puisi itu perjumpaan personal? Subjektif! Jadi tak penting benar apa eksplorasi tematik mereka. Yang lebih penting, bagaimana mereka menyatakan sesuatu lewat puisi, dalam puisi, berupa puisi.
 
Karena itulah saya merasakan benar, misalnya, atmosfer yang melingkupi sang penyair saat “semalam suntuk bikin puisi/Biar merana sendiri”. Lantas, merasa sia-sia lantaran “Puisi mencair/meleleh mencari tempat rendah/Bagai arloji Picasso” (Adri Darmadji Woko, “Sepi Tak Pernah Selesai”, halaman 20).
 
Endapan kenangan pribadi, yang selama tersembunyi jauh di dasar “cawan” memori, acap melejing ketika menemu nama-nama yang dulu, dulu sekali, begitu akrab terbaca lewat cerpen, lewat sajak, mereka. Maka, bagi saya, membaca puisi-puisi mereka seperti juga perjalanan nostalgik-sentimental. Pengopek kenangan. Ya, “Siapa yang menghias mimpiku di tengah malam buta/Siapa yang menyusup ketika kubuka jendela? (Safruddin Pernyata, “Siapa”, halaman 222).”
 
Cuma itu? Tentu tidak. Pembacaan “lebih serius”, saya yakin, bakal membuahkan pula sesuatu yang lebih bermakna. Bukan sekadar impresi nostalgik-sentimental macam saya peroleh saat ini. Percayalah.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/02/antologi-puisi-pengopek-kenangan/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria