lundi 5 juillet 2021

KISAH MAJALAH “KISAH” DAN “LANGIT MAKIN MENDUNG” *

Kurniawan Junaedhie
 
PADA tahun 1967, HB Jassin yang waktu itu sudah menjadi redaktur Horison, kembali menerbitkan Sastra. Dengan demikian di Indonesia, selain Horison saat itu beredar dua majalah sastra sekaligus. Sastra gaya baru ini terbit bulanan dan menamakan diri sebagai “bimbingan pengertian dan apresiasi”. HB Jassin menjadi pemimpin redaksinya sedang orang bernama Darsyaf Rachman menjadi pemimpin umumnya. Penerbit majalah itu, PT Mitra Indonesia. Adapun kantor redaksinya berlokasi di Jalan Kramat Sentiong Jakarta.
 
Seperti galibnya majalah Sastra gaya lama, majalah Sastra gaya baru ini pun setiap terbit menampilkan sejumlah cerita pendek, puisi dan esei. Namun dalam perkembangannya, nasib majalah ini tak terlampau bagus. Pada tahun 1969, Sastra berhenti terbit, menyusul perkara yang menimpa HB Jassin. Pasalnya, dalam edisi Agustus 1968, majalah itu telah memuat cerita pendek berjudul “Langit Makin Mendung” karya Ki Panji Kusmin[1] yang dianggap menghina perasaan umat Islam karena “melukiskan suatu penghinaan terhadap abstraksi dari ketuhanan serta kemuliaan Nabi Muhammad”.
 
Cerita itu mengisahkan ketika situasi Indonesia porak poranda di zaman Nasakom. Diceritakan, Rasullullah gelisah di sorga dan minta izin pada Tuhan untuk turun ke bumi meninjau umat-Nya. Izin diberikan, dan melayanglah turun Rasullullah bersama malaikat Jibril. Mereka melihat keadaan Indonesia yang kacau balau, yakni praktik-praktik kejelekan di zaman pra-Gestapu.
 
Jusuf Abdulllah Puar, seorang sastrawan misalnya, menuding,
 
“Cerpen itu tidak diragukan lagi telah menghina Nabi Muhammad SAW, telah melecehkan dan mencemoohkan dengan penuh tendensi, sinisme terhadap junjungan 500 juta kaum Muslimin”. [2]
 
Akibat dimuatnya cerpen tadi, Kejaksaan Tinggi Medan, Sumatra Utara, melarang peredaran Sastra dan melakukan perintah penyitaan terhadap majalah itu di wilayahnya.[3] Bahkan ada yang mengkait-kaitkan nama Ki Panji Kusmin sebagai kependekan dari “Kibarkan Panji Komunisme Internasional”.
 
Atas pelarangan itu, sejumlah pengarang dan seniman membuat pernyataan protes dan menganggap pelarangan itu sebagai pukulan dan ancaman terhadap kemerdekaan mencipta. Di antara penandatangan itu terdapat Trisno Sumardjo dan Dirjen RTF Umar Kayam. Sejumlah reaksi dari pengarang, yang umumnya membela Jassin, juga dimuat di sejumlah media massa. Bur Rasuanto, misalnya menulis,
 
“Dan ia bukan mengritik umat Islam, Tuhan atau Nabi Muhammad, ia mengritik orang-orang yang katanya penganut-penganut Islam, dan ia mengritik Indonesia, mengritik berbagai kejadian blunder di tanah air ini, ia mengritik sebagaimana juga sem.ua kita mengritik berbagai hal yang kita rasakan tidak wajar, ia mengritik sebagaimana juga koran-koran dan pojok-pojok koran mengeritik, ia bahkari sedang mengeritik keputusan Kejaksaan Tinggi Medan yang telah melarang beredar majalah yang memuat tulisan ini sendiri. Ia tidak menghina….”[4]
 
HB Jassin mencoba menjelaskan,
 
“Bagi saya pengarangnya mencoba mengatakan, bagaimana seandainya para Nabi menyaksikan kebobrokan yang ada di sekitar kita. la menggambarkan suatu ide, bukan Tuhan dan bukan nabi sendiri. Kembali pada soal cerita Ki Panji Kusmin saya anggap tuduhan menghina agama Islam tidak bisa dikatakan secara mutlak. Pengertian penghinaan itu relatif sekali. Bagi saya, ‘Langit Makin Mendung’ tidak menghina agama”.[5]
 
Beberapa hari kemudian, orang bernama Ki Panji Kusmin menulis surat terbuka menyatakan pencabutannya atas karangannya itu sekaligus memohon maaf di Harian Kami.
 
“Sebenarnya sekali-kali bukan maksud saya untuk menghina agama Islam. Tujuan sebenarnya adalah semata-mata hasrat pribadi saya untuk mengadakan komunikasi langsung dengan Tuhan, Nabi SAW, sorga dan Iain-lain, di samping menertawakan kebodohan di masa regime Soekarno. Tapi rupanya saya telah gagal, salah menuangkannya dalam bentuk cerpen. Alhasil mendapat tanggapan di kalangan umat Islam sebagai penghinaan terhadap agama Islam”.[6]
 
Betapa pun usaha Jassin untuk menjelaskan persoalan bahwa cerpen itu tidak menghina agama, tetap sia-sia. Bahkan ada yang menduga –melihat kegigihan H.B. Jassin dalam membela Ki Pandji Kusmin– Ki Pandji Kusmin merupakan nama samaran H.B. Jassin sendiri. [7] Jassin kemudian diseret ke pengadilan serta dijatuhi hukuman percobaan satu tahun.[8]
 
Pada tahun 1969, Sastra mati untuk kedua kalinya.
***
 
[1] http://kangpanut.wordpress.com/2007/11/20/langit-makin-mendung/
 
[2] Operasi Minggu , 20 Oktober 1968
 
[3] Antara, 8 Oktober 1968
 
[4] Angkatan Bersenjata, 20 Oktober 1968
 
[5] Harian Kami, 24 Oktober 1968.
 
[6] Harian Kami , 26 Oktober 1968
 
[7] Pada tahun 1970, Usamah Redaktur Pelaksana Majalah Ekspres, berhasil mewawancarai pengarang aslinya. Pengarang misterius itu ternyata mengaku bernama asli Soedihartono yang menempuh pendidikan di Akademi Pelayaran Nasional dan selama 6 tahun menjalani wajib dinas di Jakarta.
 
[8] Untuk mengetahui lebih jauh tentang peristiwa ini baca buku HB Jassin, “Heboh Sastra 1968 dan Polemik: Suatu Pembahasan Sastra dan Kebebasan Mencipta Berhadapan dengan Undang-undang dan Agama.”
 
*) Secuplik dari “Bab: Majalah Sastra dan Kebudayaan: Kemerdekaan Berangan-Angan”, dikutip dari naskah buku “SEJARAH MAJALAH DI INDONESI ABAD 20”, karya Kurniawan Junaedhie. http://sastra-indonesia.com/2011/09/kisah-majalah-kisah-dan-langit-makin-mendung/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria