mardi 6 juillet 2021

Perang Puisi dan Pesta Ulang Tahun Pelangi Sastra Malang ke 2

Denny Mizhar *
 
Jejaring sosial tanpa batas memberikan jalan penulis-penulis mampu melompat jauh dari poisisi teretorialnya. Dengan begitu muncul pula komunitas-komunitas yang menamakan dirinya komunitas sastra ataupun individu-individu yang menyatakan dirinya penulis atau sastrawan. Hal tersebut juga mempengaruhi dinamika sastra di Malang sehingga dialektika sastra di Malang kian hari kian dinamis yang sempat mengalami keheningan di riuhnya kesusastraan Jawa Timur, Indonesia ataupun Internasional. Dunia cyber memberi andil besar atas kembali riuhnya sastra di Malang. Dan keheningan itu mulai pecah, pesta kesusastraan digelar dan dirayakan lewat jejaring sosial.
 
Merespon dinamika sastra Cyber maka muncullah salah satu komunitas sastra yang menamakan dirinya Pelangi Sastra Malang. Selain itu berangkat dari kegelisahan para pelaku atau pekerja sastra atas redupnya panggung-panggung sastra di Malang selain itu adanya keterputusan dari genersi-generasi pendahulunya. Penyair Ragil Supriyatno Samit mengajak beberapa penulis melakukan pembacaan atas karya Wahyu Prasetya salah satu penyair yang lahir di Malang dan sudah memiliki nama di kanca kesusastraan Indonesia. Dari situlah Pelangi Sastra Malang hadir dan mengisi ruang-ruang kosong dialektika sastra, pesta sastra di Malang yang dimulai pada bulan Juni tahun 2010.
 
Beragam kegiatan telah digelar oleh Pelangi Sastra Malang dari pembacaan puisi, pembacaan prosa, diskusi buku sastra dan diskusi pemikiran sastra yang bekerja sama dengan komunitas-komunitas di Malang. Meski memiliki umur masih dua tahun pada bulan Juni 2012, keberadaan Pelangi Sastra Malang menurut beberapa sastrawan memberikan andil terhadap pertemuan-pertemuan sastrawan muda dan pendahulunya. Seperti yang di ungkapkan oleh Tengsoe Tjahjono dalam perayaan ulang tahun ke dua Pelangi Sastra Malang yang digelar pada tanggal 14 Juli 2012 di Art Rock cafe “Bahwa atmosfer sastra di Malang sangat dipengaruhi oleh keberadaan Pelangi Sastra Malang” selain itu penyair dengan buku puisinya yang pernah Launching di acara Pelangi Sastra Malang memberikan kritik “Pelangi Sastra Malang tidak hanya sekedar melakukan kerja-kerja OE (Even Organizer) saja tetapi harus dilanjutkan dengan keberkaryaan sehingga bisa merumuskan capain estetika”. Setelah memberikan testimoni beliau melanjutkan membacakan puisi karya Chairil Anwar “AKU”, Karya Nanang Suryadi “Aku Datang Juga Cril” dan beberapa puisi karyanya sendiri.
 
Penyair Nanang Suryadi juga memberikan pendapat “Pelangi Sastra Malang memberikan kontribusi pertemuan-pertemuan komunitas Sastra di Malang sehingga dapat saling bertemu dan belajar. Maka pertemuan-pertemuan itu harus terus dikembangkan”. Salah satu Penyair Cyber ini sehabis berpendapat tentang keberadaan Pelangi Sastra Malang melanjutkan membaca puisi-puisi pendek karya Badri dari Bandung teman di Twitternya dan selanjutnya membacakan beberapa puisinya dari buku puisi karyanya “Cinta, Rindu dan Orang-orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya”.
 
Pada kesempatan selanjutnya Yusri Fajar penulis kumpulan cerpen “Surat dari Praha” memberikan peryataan “Prulalitas Pelangi Sastra Malang yang menarik, adanya persinggungan dengan musisi, berbagai komunitas yang datang ketika acara-acaranya digelar di tengah situasi yang berkemabang tetap dinamis. Pelangi Sastra Malang tetap konsisten di tengah hedonisme yang kerap sekali beroposisi dengan sastra”. Sehabis memberikan pendapat atas keberadaan Pelangi Sastra Malang, beliaupun memberikan pendapat atas karya-karya sastrawan Malang “Isu lingkungan sangan menarik, misalnya saja karya alm. Ratna Indraswari Ibarahin yang berjudul Lemah Tanjung. Novel yang mengkritik persoalan lingkungan di Malang dan nyata kondisi saat ini Malang sering banjir karena persoalan Lingkungan tidak diperhatikan. Selain itu, puisi-puisi Nanang Suryadi juga banyak mengunakan metafor-metafor alam seperti dalam judul Tiba-tiba Aku Teringat Jakarta” dan Yusri Fajar melanjutkan membaca Puisi dari Karya Nanang Suryadi yang telah di bahasnya dilanjutkan membaca puisi Karya Ragil Supriyatno Samid yang paling beliau sukai yakni berjudul “Di Kahayan” untuk yang terakhir beliau membaca karyanya sendiri.
 
Selepas testimoni dari tiga sastrawan (Tengsoe, Nanang Suryadi dan Tengsoe Tjahjono) acara seremonial ulang tahun ke dua Pelangi Sastra Malang dengan memotong tumpeng. Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Penyair Ragil Supriyatno Samid dan potongan tumpeng tersebut diberikan pada Arie Triaangga Sari dengan mengatakan “Saya berikan pada penerus-penerus pegiat sastra, sehingga regenerasi terus terjaga” begitulah pendapatnya di Acara Pelangi Sastra Malang [On Stage] #21 “Words War V: Perang Kata dalam Puisi” dan dua tahun Pelangi Sastra Malang. Acara yang di awali dengan penampilan dari kelompok musik “Dodo Erok” dan pembacaan dongeng dari Komunitas Dongeng Nusantara.
 
Ucapan-ucapan selamat untuk Pelangi Sastra Malang dan pesta puisi meriah di Art Rock Cafe dengan pemilik yang juga seniman musik juga memberi selamat dan memberikan testimoni “Semoga Pelangi Sastra Malang tidak hanya membuat event tapi juga berkarya”. Adapun komunitas-komunitas yang hadir di antaranya: UKM Penulis UM, Komunitas Seni Ranggawarsita, Komintas Sastra Titik Unmer, LKP2M UIN, Komunitas Sastra Tinta Langit, Lingkar Sastra Unisma, Komunitas Sastra Ilalang Indonesia, Pegiat Warung Baca Ratna, Komunitas Dongeng Nusantara. Selain komunitas juga individu-individu yang bersinggungan dengan dunia sastra ataupun penulis di antaranya: Ibu Mundi Rahayu, Pak Sabar, Cacing Anil, Polo, Hasan, Rara dan lain sebagainya. Selain puisi gesekan biola dari Ugik Arbanat menemani puisi-puisi dibacakan, juga tembang-tembang dari kelompok musik SWARA (Antok Yunus dan Abia Kana) juga melantun dengan menyanyikan dua buah lagu dari Album Ketiga yang sedang diproses rekamannya.
 
Acarapun dipungkasi dengan pembacaan puisi oleh penyair yang baru saja menerbitkan buku puisinya yang berjudul “Avontur” yakni Ragil Supriyano Samid dan ditutup dengan makan-makan bersama. Sebuah pesta puisi dan perayaan dua tahun Pelangi Sastra Malang yang meninggalkan sisa pertanyaan akan kesusastraan di Malang dan menjadikan PR bersama bagi sastrawan dan pegiat sastra ataupun komunitas sastra di Malang. Sehingga sastra di Malang tetap dinamis dengan karya-karyanya, dengan pembaca-pembacanya, dengan pengkritik-pengkritiknya dengan pesta-pestanya.

*) Koordinator Pelangi Sastra Malang dan Anggota Teater Sampar Malang Indonesia juga pengajar di SMK Muhammadiyah Dua Malang. http://sastra-indonesia.com/2021/07/perang-puisi-dan-pesta-ulang-tahun-pelangi-sastra-malang-ke-2/

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria