lundi 2 août 2021

Membaca Atlas Wali Songo

: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah

Judul Buku: Atlas Wali Songo
Penulis: Agus Sunyoto
Penerbit: Pustaka IIMaN
Tahun Terbit: Juli 2012
ISBN: 978-602-8648-09-7
Halaman: XII dan 406 halaman
Peresensi: Syarif Hidayat Santoso
 
Buku-buku tentang Wali Songo banyak beredar di masyarakat. Sebagian tercampur dengan mitos, sebagian lagi merupakan fakta sejarah. Buku ini berupaya mendudukkan Wali Songo murni sebagai fakta sejarah yang tak terbantahkan. Dengan menggunakan metode arkeologi, aetiologis, etno-historis, kajian budaya Agus Sunyoto dengan piawai menunjukkan deretan peranan besar para ulama dalam penyebaran Islam di Indonesia.
 
Buku ini layak terbit di tengah usaha sistematis untuk menghapus peran Wali Songo dalam penyebaran Islam di Indonesia. Secara ideologis, buku Atlas Wali Songo akan mampu memberikan sebuah jawaban terhadap pemikiran Wahabi yang seringkali menisbikan peranan Wali Songo dalam islamisasi Indonesia. Informasi-informasi baru disuguhkan buku ini kepada pembaca betul-betul akurat dan disajikan secara sistemik komprehensif. Buku ini juga kaya akan informasi baru yang sifatnya lintas budaya dan kosmpolit.
 
Buku ini menyajikan informasi bukan saja tentang hal yang selama ini jamak dianggap Wali Songo. Buku ini secara informatif menunjukkan bahwa Islam sebelumnya telah hadir dalam dakwah para ulama sejak Syekh Subakir di masa Mataram Hindu, Syekh Samsyudin Wasil Kubro di masa kerajaan Kediri sampai juga Fatimah Binti Maimun. Namun, berbeda dengan karya profesor Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII yang menyebut peranan Islam masa Sriwijaya, buku Atlas Wali Songo tak menyebut sama sekali sumber-sumber sejarah dari berita dan kronik Cina yang menjelaskan bahwa terdapat duta-duta Sriwijaya yang beragama Islam dan bernama Arab dalam menjalankan misi diplomatik antara Sriwijaya dengan Cina.
 
Buku ini juga tak menjelaskan fakta pendahuluan tentang Islam yang telah hadir di Perlak jauh sebelum Samudra Pasai juga Islam di Barus yang menjadi pendulum pendahuluan penyebaran Islam di Nusantara. Buku ini nampaknya terpaku kepada ciri sejarah Islam yang Jawa-sentris dalam pengertian bahwa fokus sejarah Islam nampaknya dititikberatkan pada Jawa sejak era Mataram Hindu sampai Majapahit. Terdapat titik singgung luar Jawa yaitu peranan Pasai seperti Sultan Malikus Saleh yang juga disebutkan dalam buku ini secara singkat. Tapi porsi Cina muslim dan muslim Cham (Champa) dituliskan dengan pengaruh yang siginifikan baik kulturalnya maupun hubungan genetis dengan para wali dan penguasa Majapahit.
 
Sumber-sumber analisanya menarik dan komplit sejak serat, babad sampai inskripsi. Ilustrasi dan fakta-fakta dalam bentuk gambar maupun foto asli sedikit banyak mampu menunjukkan detil bahwa Wali Songo bukanlah legenda ataupun cerita rakyat. Tapi analisa sejarahnya tak menjadikan arah kajian sejarah untuk fokus pada suatu pembuktian fakta. Babad dan serat yang dalam monologi sejarah modern tak lebih dianggap sebagai artefak sejarah nampaknya masih menguat dalam fokus kajian buku ini. Analisa lintas sektoral dan perdebatan wacana dalam babad dan serat yang tercampur dengan mitos nampaknya dibiarkan sebagai penguatan sejarah.
 
Secara umum buku ini sudah mampu menunjukkan bahwa Wali Songo itu ada dan obyektif dalam historisitas Indonesia. Arah faktanya valid dan meyakinkan karena terbukti dari rekaman jejak kultural, pola pikir, karya tulis, karya arsitektur dan prinsip keagamaan khas sunni. Kajian tentang Syekh Siti Jenar juga menarik untuk ditelusuri lebih lanjut yaitu bahwa terdapat titik tekan bahwa Syekh Siti Jenar dan pendahulunya, Datuk Kahfi merupakan pelopor Syiah batiniah di Indonesia. Sebuah konklusi yang sepertinya perlu dikaji ulang, karena prinsip hulul, ittihad dalam konsep Sasahi dan Syekh Siti Jenar masih berada dalam titik debat panjang tasawuf falasafi.
 
Benarkah Sasahidan itu representasi dari wihdatul wujud ala tasawuf falasafi. Bukankah konsep konsep syahid (penyaksian) sebenarnya lebih merupakan tema kosmopolit dari wihdatul syuhud (kesatuan kesaksian) ala kaum sunni. Sepertinya dialogisme sejarah perlu dilacak ulang dalam penerbitan buku ini di masa depan agar tercipta satu komprehensifitas mafahim sejarah yang dapat diandalkan.
 
Buku ini akan semakin berdaya guna jika sumber-sumber sejarah baik dari barat maupun timur juga dikaji, karena Islam dalam berita dunia sudah ada sejak berita Persia, Arab, India dan Cina menyertainya sebagai alur dinamika sejarah. Kitab-kitab sejak ajaib Al Hind layak dipertimbangkan untuk menentukan peta dakwah pra Wali Songo, agar buku ini betul-betul bisa membuktikan bahwa wali Songo bukanlah figur yang terpisah dari pola sejarah sebelumnya.
 
Rekonstruksi sejarah Nusantara nampaknya akan semakin menarik jika membaca buku ini apalagi jika dikaitkan dengan buku-buku baru seputar sejarah Islam nusantara. Contohnya buku dekonstruksi sejarah yang terbit baru-baru ini, sebelum buku Atlas Wali Songo, yaitu Historical Fact and Fiction karangan Syed Naquib Al Attas yang juga menyuguhkan informasi baru bahwa Nusantara ternyata sudah dikenal pada masa Rasulullah hidup.
 
Alhasil usaha Agus Sunyoto untuk memfasilitasi Islam Nusantara agar hidup secara konstruktif wajib dihargai. Kita teringat dengan ucapan mendiang Kuntowijoyo dalam bukunya Metodologi Sejarah (1994) bahwa sejarah boleh saja ditulis oleh orang yang bukan sejarawan. Agus Sunyoto adalah pembelajar sejarah murni tanpa pernah menempuh gelar akademis pendidikan sejarah. Pendidikannya justru adalah seni rupa dan dan magister pendidikan luar sekolah. Namun, Agus Sunyoto adalah prototip ilmuwan yang tak takluk pada dikotomisasi bahwa sejarah harus ditulis oleh akademisi sejarah. Sejarawan adalah mereka yang benar-benar bisa mengkaji sejarah dan menuliskannya untuk dunia.
***
 
*) Peresensi adalah warga NU Sumenep. Pustakawan dan kolektor buku dan kitab.

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria