jeudi 19 novembre 2020

Perihal Menyetir dan Kepercayaan

Sasti Gotama *
 
Fiat 127 Sport dua pintu. Dengan mobil itu pertama kali saya belajar menyetir. Itu kepunyaan ayah: mungil, kuning, dan hobi mogok. Setiap Minggu pagi, ayah akan mengutak-atik mobil itu, lebih tekun dari pengukir kayu. Saya memiliki ketertarikan yang aneh pada mobil itu. Mungkin seperti cinta yang kadang salah alamat.
 
Jika ayah mulai membuka garasi, mengangkat kap mobil, dan mengulik mesinnya, saya akan berdiri di sampingnya, cerewet bertanya ini itu, tetapi yang dilakukan ayah adalah memanggil adik lelaki saya, memintanya membantu ayah, walaupun kadang adik saya tidak mau, karena mungkin menurut ayah, saya lebih baik membantu ibu, mengambilkan jahe atau kencur, alih-alih mengambilkan socket wrench atau kunci inggris.
 
Saya tahu ia melakukannya karena sayang, tidak ingin saya kebablasan pencilakan, walaupun begitu kadang-kadang saya tak terima dan membangkang. Pernah suatu sore saya menggunakan mobil itu diam-diam, dan yang terjadi selanjutnya adalah remnya blong, stir berputar liar, hingga akhirnya mengalami kecelakaan beruntun. Saat ayah datang ke TKP, ia tidak memaki, mencubit, atau mengutuk saya jadi batu. Ia hanya diam, menyelesaikan semua masalah, dan mengajak saya pulang.
 
Saya pikir, setelah itu saya tidak akan diperbolehkan menyentuh Fiat itu selamanya dan menyuruh saya mendekam di dapur sepanjang hari, membedakan pala dan kemiri. Tetapi saya salah. Setelah dua minggu, Ayah memberikan kunci Fiat kepada saya, duduk di samping saya, dan mendampingi saya di jalanan paling padat tengah kota. Begitu juga esoknya. Begitu juga hari-hari berikutnya, hingga saya mahir melewati tanjakan, turunan, dan gang-gang kecil yang penuh balita berlarian.
 
Mahir menyetir adalah mahir menyetir adalah mahir menyetir. Ada seseorang yang mempertanyakan kenapa pilot kebanyakan pria, bahkan di salah satu perusahaan penerbangan, hanya memiliki pilot-pilot pria saja. Sesungguhnya ia tidak membicarakan tentang pilot. Ia membicarakan tentang nominasi penghargaan sastra Badan Bahasa yang seluruhnya laki-laki. Namun sesungguhnya, keahlian menulis hampir mirip dengan kemampuan menyetir. Itu membutuhkan usaha dan kesungguhan.
 
Kawan saya, mantan penjaga gawang kolom sastra, yang mungkin bisa disamakan dengan HRD seorang perusahaan penerbangan, mengatakan bahwa karena yang mendaftar menjadi pilot kebanyakan pria. Jadi secara probabilitas, tentu kebanyakan prialah yang diterima menjadi pilot.
 
Namun sesungguhnya, lebih kompleks daripada itu. Ada hal-hal yang disebut area bawah sadar atau unconscious mind yang kadang menyetir perilaku kita. Seperti ayah saya yang lebih suka memanggil adik saya saat mereparasi mobil daripada memberi kesempatan kepada saya. Seperti seorang pasien yang memanggil perawat lelaki (asisten saya) “dokter” dan memanggil saya “suster”. Seperti seorang komedian wanita yang mengatakan bahwa ia begitu bangga ketika menaiki pesawat yang dipiloti seorang perempuan, tetapi ia berdoa mati-matian ketika pesawat berguncang dalam turbulensi dan berharap si pilot perempuan itu tahu bagaimana cara menyetir yang baik. Menurutnya, tidak banyak perempuan yang menyetir dengan baik. Bahkan seorang perempuan pun, kadang tidak mempercayai kaumnya sendiri hanya karena stereotype atau nilai-nilai yang diwariskan turun temurun. Dan itu kadang mengendap, dalam area ketidaksadaran, bahwa pria lebih mumpuni dalam sastra.
 
Menulis yang baik sama dengan menyetir, itu masalah keahlian: harus selalu belajar, harus selalu berlatih, dan harus selalu berani “bertarung” di jalanan, mengalahkan rasa takut dan was-was. Seringkali kendala bagi perempuan bukannya keharusan selalu belajar ataupun keharusan selalu berlatih, melainkan sesuatu yang lebih mendasar, sesuatu yang tenggelam jauh di dalam samudera pikirannya yang dalam, bahwa ia tak sebaik lelaki dalam menyetir, hingga ia lebih memilih tidak turun ke jalanan dan memilih memanggil taksi daring saja. Kadang, kendala itu ada dalam diri perempuan itu sendiri, tanpa ia sadari.
 
Mobil Fiat 127 itu sekarang sudah lumpuh setelah mesinnya tak bisa lagi menyala. Ia menghabiskan masa pensiunnya di garasi rumah ibu saya. Namun, ia masih tetap hidup dalam pikiran saya, sebagai penanda bahwa dengannya saya pernah mengalami kegagalan, dan dengannya pula saya belajar bangkit dari keterpurukan. Ia juga masih melaju dengan kencang dalam kenangan di kepala saya, saat saya di belakang kemudi dan ayah di kursi penumpang, duduk bersandar dengan rileks, tanpa sedikit pun kekhawatiran. Itu jauh lebih berharga dari pujian mana pun.
***
 
*) Sasti Gotama, seorang dokter umum kelahiran Malang, Jawa Timur yang kini tinggal di Cilacap, Jawa Tengah. Beberapa cerpennya dimuat di media massa cetak maupun on line; Kompas, Minggu Pagi, Fajar Makassar, Detik, Ideide, dll. Karyanya yang segera terbit “Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?” (Diva Press). Cerpennya menjadi salah satu pemenang lomba cerpen perihal Rasulullah digagas Edi AH Iyubenu, kemudian dibukukan Diva Press: “Hanya Cinta yang Kita Punya untuk Mengatasi Segalanya.” Karya terjemahannya; “Bagaimana Berdebat dengan Kucing” (Circa), dan “Narsisme” (Circa) terbit awal tahun ini. Sasti menjadi nomine Anugerah Sastra Ideide.id tahun 2020 kategori cerpen. Karyanya juga terpilih dalam ebook#ProsaDiRumahAja Indonesia Kaya berjudul “Pandemi.” Buku antologi tunggalnya; “Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?” (2020), Penafsir Mimpi (2019), dan antologi bersamanya; “Mimpi-mimpi Erina” (Cerpen dan Puisi Nomine Anugerah Sastra Ideide.id 2020), “Pandemi” (ProsaDiRumahAja, Indonesia Kaya, 2020), “Hanya Cinta yang Kita Punya untuk Mengatasi Segalanya” (2020), “Gagak, Kelelawar, dan Firasat-firasat” (2020). http://sastra-indonesia.com/2020/09/perihal-menyetir-dan-kepercayaan/

 

Aucun commentaire:

Publier un commentaire

A. Anzieb A. Muttaqin A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A.S. Laksana Abdurrahman Wahid Acep Zamzam Noor Adhie M Massardi Adin Adrizas Afrilia Afrizal Malna Afrizal Qosim Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahmad Faishal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Jauhari Ahmadun Yosi Herfanda Aik R Hakim Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Albert Camus Alex R. Nainggolan Amanche Franck Amien Kamil Aming Aminoedhin Ana Mustamin Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Annisa Febiola Anton Wahyudi Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Yulianto Arifi Saiman Arswendo Atmowiloto Arung Wardhana Ellhafifie Aryo Bhawono AS Dharta Asarpin Atok Witono Awalludin GD Mualif Ayesha B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Bujono Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bantar Sastra Bengawan Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Berita Foto Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar D. Zawawi Imron Daisy Priyanti Dareen Tatour Daru Pamungkas Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Sukarno Didin Tulus Dina Oktaviani Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dwi Fitria Dwi Klik Santosa E. M. Cioran Ebiet G. Ade Eddi Koben Edi AH Iyubenu Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Permadi Eko Prasetyo Enda Menzies Ernest Hemingway Erwin Setia Esai Evan Gunanzar F. Rahardi Fadllu Ainul Izzi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrozak Fauz Noor Fauzi Sukri Fazar Muhardi Feby Indirani Felix K. Nesi Franz Kafka FX Rudy Gunawan Gesang Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Guntur Budiawan Gus Noy Gusti Eka H.B. Jassin Hamka Hari Purwiati Haris del Hakim Hartono Harimurti Hasan Gauk Hasnan Bachtiar Henriette Marianne Katoppo Herry Lamongan HM. Nasruddin Anshoriy Ch Holy Adib Hudan Hidayat Humam S. Chudori I Nyoman Darma Putra Ida Fitri Idrus Ignas Kleden Ilung S. Enha Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indria Pamuhapsari Irwan Apriansyah Segara Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Zulkarnain J Anto Jadid Al Farisy Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jamal T. Suryanata James Joyce Januardi Husin Jemi Batin Tikal Jo Batara Surya Johan Fabricius John H. McGlynn John Halmahera Jordaidan Rizsyah Juan Kromen Judyane Koz Junaidi Khab Jurnal Kebudayaan The Sandour Jusuf AN K.H. M. Najib Muhammad Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha KH. Ahmad Musthofa Bisri Khansa Arifah Adila Khoirul Anam Khulda Rahmatia Kiki Sulistyo Komunitas Sastra Mangkubumen Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Kurniawan Kurniawan Junaedhie Kuswaidi Syafi’ie Lagu Laksmi Shitaresmi Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lely Yuana Leo Tolstoy Linda Christanty Linda Sarmili Lutfi Mardiansyah M Zaid Wahyudi M. Adnan Amal M’Shoe Maghfur Munif Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Mbah Kalbakal Melani Budianta Mochtar Lubis Moh. Dzunnurrain Mohammad Bakir Mohammad Kasim Mohammad Tabrani Muhammad Ali Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Musafir Isfanhari Mustain Myra Sidharta N. Syamsuddin CH. Haesy Naim Nanda Alifya Rahmah Nara Ahirullah Naskah Teater Naufal Ridhwan Aly Nawangsari Nezar Patria Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Observasi Ocehan Pameran Lukisan Panggung Teater Pentigraf Performance Art Pondok Pesantren Al-Madienah Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Puthut EA Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Reko Alum Remy Sylado Resensi Reza Aulia Fahmi Ribut Wijoto Rikardo Padlika Gumelar Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riska Nur Fitriyani Rofiqi Hasan Rokhim Sarkadek Roland Barthes Rony Agustinus Rosdiansyah Rozi Kembara Rx King Motor S Yoga S. Arimba S. Jai Sabda Armandio Sabine Mueller Sabine Müller Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sajak Samir Amin Samsudin Adlawi Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Shinta Maharani Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Pudyastuti Baumeister Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Sunan Bonang Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Suripno Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Sutrisno Buyil Syarif Hidayat Santoso T Agus Khaidir T.N Angkasa T.S. Eliot Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater ESKA Teater Pendopo nDalem Mangkubumen Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Teks Lagu Keroncong Bengawan Solo Tirto Suwondo Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toeti Heraty Toto Sudarto Bachtiar Tujuh Bukit Kapur Udin Badruddin Umbu Landu Paranggi Undri Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vitalia Tata W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wulansary Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusri Fajar Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zuhdi Swt Zuhkhriyan Zakaria